Marmer yang digunakan untuk lantai dan langit-langit diproduksi di Anatolia (sekarang Turki timur) dan Suriah, sementara batu bata lainnya (digunakan di dinding dan bagian lantai) berasal dari Afrika Utara.
Interior Hagia Sophia dilapisi dengan lempengan marmer besar yang dikatakan telah dirancang untuk meniru air yang bergerak.
Sebanyak 104 pilar Hagia Sophia juga diimpor dari Kuil Artemis di Ephesus dan Mesir.
Bangunan ini memiliki panjang sekitar 82 meter dan lebar 73 meter dan pada titik tertinggi, atap kubah membentang sekitar 55 meter.
Ketika kubah pertama mengalami keruntuhan sebagian pada 557 M penggantiannya dirancang oleh Isidore the Younger (keponakan Isidoros, arsitek pertama) dengan tulang rusuk struktural dan busur yang lebih menonjol dan versi struktur ini tetap ada sampai sekarang.
Kubah utama Hagia Sophia bersandar pada lingkaran jendela dan didukung oleh dua semi-kubah dan dua bukaan melengkung untuk membuat nave besar dinding yang awalnya dilapisi dengan mosaik Bizantium rumit yang terbuat dari emas, perak, kaca, terra cotta dan batu berwarna-warni menggambarkan adegan terkenal dan tokoh-tokoh dari Injil Kristen.
Baca Juga: Begini sepuluh wasiat Imam Hanafi yang bisa kita tauladani
Karena Ortodoks Yunani menjadi agama resmi Bizantium, Hagia Sophia dianggap sebagai gereja utama dan dengan demikian menjadi tempat di mana kaisar baru dimahkotai.
Hagia Sophia berperan penting dalam budaya dan politik Bizantium selama 900 tahun pertama keberadaannya.
Namun selama Perang Salib, kota Konstantinopel termasuk Hagia Sophia, berada di bawah kendali Romawi untuk periode singkat di abad ke-13.
Hagia Sophia rusak parah selama periode ini, tetapi diperbaiki ketika Bizantium sekali lagi menguasai kota Konstantinopel.
Baca Juga: Simak syarat liburan dengan kereta api jarak jauh, jangan sampai kelewatan ya!
Periode Kekhalifahan Utsmaniyah merupakan periode perubahan signifikan berikutnya untuk Hagia Sophia.
Dimulai kurang dari 200 tahun kemudian ketika Ottoman (Utsmaniyah), dipimpin oleh Sultan Muhammad al-Fatih, yang dikenal sebagai Mehmed II Sultan Muhammad al-Fatih berhasil merebut Konstantinopel pada tahun 1453.
Artikel Terkait
Berkibar dengan konsep baru bisnis media, Agus Sulistriyono CEO Promedia berbagi kunci sukses
Inilah 7 resep sukses miliuner dunia. Selalu bangun pagi dan banyak membaca
Bagaikan bumi dan langit, begini cara pandang orang sukses vs orang biasa