JAKARTA INSIDER - Meski Hindia Belanda berada di bawah kekuasaan kolonial Belanda selama lebih dari tiga abad, kenyataannya hanya sedikit orang Indonesia yang menguasai bahasa Belanda.
Fenomena ini menarik untuk dikaji dari sudut pandang sejarah, sosial, dan kebijakan kolonial.
1. Kebijakan Pendidikan Kolonial yang Eksklusif
Pada masa penjajahan, pendidikan formal yang menggunakan bahasa Belanda hanya diperuntukkan bagi kalangan tertentu, seperti orang Eropa, Indo-Eropa, dan kaum bangsawan pribumi.
Baca Juga: Makanan Khas Belanda pada Masa Penjajahan yang Tetap Populer di Indonesia
Masyarakat umum, terutama rakyat jelata, tidak memiliki akses yang memadai terhadap sekolah-sekolah tersebut.
2. Status Bahasa Belanda sebagai Simbol Kekuasaan
Bahasa Belanda diposisikan sebagai bahasa administrasi dan kekuasaan, bukan bahasa pergaulan.
Baca Juga: Manfaat Jus Pare untuk Kesehatan: Rahasia Pahit yang Menyehatkan Tubuh
Kolonialisme memanfaatkan bahasa ini untuk membedakan kelas sosial dan mempertahankan dominasi atas pribumi.
3. Bahasa Melayu sebagai Lingua Franca
Bahasa Melayu (yang kemudian berkembang menjadi bahasa Indonesia) digunakan secara luas sebagai bahasa perdagangan, komunikasi antar-etnis, dan penyebaran agama.
Fungsinya yang praktis membuatnya jauh lebih relevan bagi kehidupan sehari-hari.
Artikel Terkait
Peduli Gaza, Madonna Serukan Lembaga Kemanusiaan Untuk Berdonasi
Ketika China dan AS Sepakat Memperpanjang Gencatan Perang Dagang Hingga November 2025
Pengamat Sebut Keputusan Presiden Prabowo Subianto Memilih Teddy Menjadi Seskab Bukan Sekedar Kedekatan
Manfaat Jus Pare untuk Kesehatan: Rahasia Pahit yang Menyehatkan Tubuh
Makanan Khas Belanda pada Masa Penjajahan yang Tetap Populer di Indonesia