Menurut Dany, Malam Jumat sejak lama menjadi malam teramai untuk pendaki ke Rinjai. Malam itu, head lamp yang menempel di setiap pendaki seperti kunang-kunang yang beririgin di gelapnya malam. Semua bergerak ke atas.
Setapak demi setapak, kaki melangkah ke atas. Perjalanan malam hari ini, ada tiga lawan: Dingin, badan lelah dan ngantuk. Lengkap. Tapi the show must go on. Jangan berfikir untuk menyerah. Lanjut dan melangkah.
Mungkin belum sampai 30 menit mendaki, tanjakan berat mulai terasa. Trek ini berpasir dan berkerikil. Sekali menginjak, jika tidak tepat di area yang pas, kaki bisa merosot. Ambles ke alam pasir.
Perjalanan pun terasa berat. Ada satu median jalan, yang harus dibantu dengan tambang besar, agar pendaki tidak terjatuh, mengingat kecuraman dan pasir yang mudah bergeser.
Summit attack benar-benar perjuangan yang paling berat. Dari Pelawangan jalur terbagi menjadi tiga bagian. Bagian pertama, Palawangan puncak bukit. Ini bisa dikategorikan tingkat kesulitan sekala 7-8.
Setelah itu kita melewatai jalur nanjak tetapi cenderung landai, kesulitan malah turun ke skala 5-6. Nah, puncak tantangan terakhir adalah di 400 meter terakhir. Jalur ini, pasir berbatu, dan tingkat kemiringan 80-an derajat. Jadi, wajar banyak pendaki yang gagal di etape ini.
Saat kami melewati bagian akhir ini, qodarullah angin kencang luar biasa. Hembusan angin dingin berkabut, dan lembab. Keringat yang dielap ke kaos tangan, seperti membeku layaknya butiran salju. Hidung pun ngucur ingus dingin. Nafas terasa berat, dan kaki apalagi. Terasa berat untuk diangkat dan dijejakan. Tiga langkah sudah harus istirahat.
Saat itu, pagi mulai terlihat tetapi di puncak Rinjani justru penuh kabut. Dingin, lelah, nafas berat, tetapi badan terus berusaha melangkah setapak 10 cm ke atas, tetapi ambles 7 cm. Begitu kira-kira. Makanya, untuk jarak 400 meter itu bisa ditempun lebih dari satu jam sendiri. Total perjalanan dari Palawangan ke Puncak Rinjani 4,37 km dengan elevasi 1.100 M dan waktu yang ditempuh lebih dari 6 jam.
Alhamdulillah, pukul 7.30 drg Mahendra sampai Puncak Rinjani. Tak lama kemudian Pracoyo, Agung dan Deny sampai juga.
Alhamdulillah, luar biasa rasanya sampai di Puncak Rinjani. Alhamdulillah lagi, pas kami tiba di Puncak Rinjani, langit cerah. Semua pemandangan terhampar menyejukan mata. Amazing! Masya Allah.
Lukisan Allah SWT benar-benar bisa terlihat dengan mata kepala. Dan, tak bisa diceritakan keindahannya, kecuali Anda melihat secara langsung, Foto dan video hanya mewakili mungkin 79% dari kenikmatan yang dirasakan para pendaki. Gak sia-sia, wort it-lah dengan usaha yang menghabiskan tenaga tiada terkira itu.
Setelah puas berfoto-foto dan membuat beberapa video, kami turun. Karena dingin, maka kami tak kuat lama di atas. Tak jauh dari Puncak Rinjani, kami bertemu Ustadz Fadholi yang sekitar 50 meter lagi menyelesaikan jalur terberat. Baru kemudian ada Wahid dan Bip Opay yang terus mendampingin Yandi yang sedang kurang fit.
Sekitar 12.30 rombongan pertama sampai di tenda Palawangan. Berikutnya, sekitar tiga jam lagi baru tim semua lengkap tiba di tenda. Menurut jadwal, sore itu kami mesti bergeser ke Danau Segera Anakan, dan menginap di sana. Setelah tim berdiskusi, kami memutuskan untuk menginap semalam di Palawangan. Biar tim istirahat, dan recovery fisik biar lebih siap untuk jalur turun.
“Biar semua bisa menikmati perjalanan, kita istirahat dulu,” kata Wahid Kurniawan yang sudah tiga kali ke Rinjani.
JALUR PULANG PUN TAK KALAH INDAH