Memang, tidak sedikit mereka yang mendaki mengejar sunrise, lupa sholat Subuh.
Salah satu sunnah saat sedang safar atau perjalanan jauh, adalah menjamak sholat, kecuali sholat Subuh. Dzuhur dengan Azhar, dan Magrib dengan Isya. Selain itu, saat jalanan menanjak disunnah untuk mengucapkan “Allahu Akbar”, dan saat menurun “Subhanallah”.
Selain itu, di situasi kekurangan air, maka kita diajarkan untuk berwudhu dengan air yang terbatas. Caranya, hanya sekali usapan air di setiap Gerakan wudhu. Jika air hanya tersisa untuk minum, maka boleh kita bertayamum. “Agama kita memberikan banyak kemudahan, harus kita manfaatkan,” kata Ustadz Fadholi.
Yang juga bisa didapatkan pahala dari safar adalah dengan banyak berdoa. Orang yang sedang berpergian, termasuk doanya yang diijabah atau akan dikabulkan. “Ada tiga doa yang pasti dikabulkan dan tidak ada keraguan lagi tentangnya: doanya seorang yang dizalimi, doanya musafir, doa buruk orang tua terhadap anaknya” (HR. Ahmad 2/434, Abu Daud no. 1536). Maka, selagi mendaki gunung perbanyaklah berdoa. Doa apa saja, dan kapan saja sempat. Tidak harus saat sholat atau selepas sholat.
Selain itu, Ustadz Fadholi memberi nasehat dengan mengutip hadis berikut : Dari Abu Dzar Radhiyallahu 'anhu ia berkata: Rasulullah shalallahu 'alahi wasallam bersabda kepadaku:
اتَّقِ اللهَ حَيْثُمَا كُنْتَ وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ
“Bertakwalah kepada Allah di mana pun kamu berada. Ikutilah perbuatan jelek dengan perbuatan baik niscaya kebaikan akan menghapusnya dan pergaulilah manusia dengan budi pekerti yang mulia.” (HR. At-Tirmidzi)
Jadi, meski sedang berpetualang, ketakwaan mesti dijaga. “Seperti sedang naik gunung kita tetap berusaha bertakwa. Harus tetap beribadah, apalagi yang wajib,” ujarnya saat memberi nasehat ba’da Subuh berjamaah di camping Kebun jeruk.
Tadabur alam, tentu tidak boleh dilupakan.***
Penulis : Pracoyo Wiryoutomo (Mas Coy)