Sebelumnya, lanjut Shohibul, memang cukup banyak even di Sumatera Utara yang diselenggarakan untuk mendorong pencapresan GP, sambil secara politik terasa ingin memberi pesan khusus untuk menekan Megawati agar segera menetapkan pencapresan GP yaitu berupa spanduk dan baliho GP yang jauh lebih meriah dibanding kehadiran audiens yang ditargetkan. Seperti, banyaknya beca bermotor yang kemudian dipasangi gambar GP.
Baca Juga: Idul Adha 2023 versi Pemerintah dan Muhammadiyah, tanggal berapa?
Puan Maharani juga menyelenggarakan even-even yang sama sebelum ini, tetapi tampilan umumnya sangat berbeda dengan karakteristik pendukung ARB, ungkap Shohibul.
Sebagaimana GP, Puan disambut oleh komunitas yang identik dengan karakteristik yang kentara sebagai warga PDIP.
Gerakan unifikasi dua kubu utama PDIP (pro GP dan pro Puan) diperkirakan dalam waktu dekat akan menyelenggarakan deklarasi dan publikasi dukungan untuk GP dengan lebih bergeliat.
Baca Juga: Abdillah Toha kirim surat terbuka pada Jokowi ingatkan, jangan menjadi pemecah demokrasi
Harus dicatat bahwa di luar konstituen partai Gerindra, PS masih memiliki pendukung tipe die hard di sini (Sumut-red)
Sepanjang tahun, mereka terus berkonsolidasi tanpa terhubung ke Gerindra dan berusaha merasionalisasi tindakan bergabung ke kabinet Joko Widodo sebagai bentuk kenegarawanan untuk persatuan nasional yang dapat bermakna sebagai bentuk kekstariaan yang harus dicatat dari PS,papar Shohibul.
Sebagaimana halnya pendukung GP, pendukung PS di Sumatera Utara akan terus bertambah hingga berakhir atau jenuh ketika partai-partai menyatakan dukungan kepada salah satu dari ketiga figur Capres ini (ARB, GP dan PS).
Baca Juga: Pertemuan Puan dengan Ketum Demokrat, AHY: Tak ingin bahas masa lalu, semoga kami berdua jadi Oase
Menurut pengamatan Shohibul, permainan simbol juga akan mewadahi persaingan nantinya. Bagi pendukung GP, misalnya, sosok Soekarno, Mega dan Joko Widodo, seperti biasanya, akan serta merta dijadikan maskot untuk soliditas dukungan.
Sedangkan yang untuk pendukung PS dan ARB, khususnya, sosok Joko Widodo dan Mega, justru dipandang sebaliknya, ujar Shohibul.
Bahkan nilai, terbesar sosok Soekarno akan secara bersama ditautkan dengan rujukan sebagai negarawan pendiri bangsa.
Tetapi sosok yang sama juga akan membelah secara psikologis dan intelektual ketika mengevaluasi nasib bangsa yang terpuruk hari ini, nilai Shohibul
Artikel Terkait
Dituding pandai merangkai kata-kata, Anies Baswedan: Sebuah kenyataan, jadi saya bicara soal keadilan sosial
Pertemuan Puan dengan Ketum Demokrat, AHY: Tak ingin bahas masa lalu, semoga kami berdua jadi Oase
7 Pernyataan kontroversial Panji Gumilang, meragukan Alquran hingga bisa menebus dosa zina dengan uang 2 juta!
Abdillah Toha kirim surat terbuka pada Jokowi ingatkan, jangan menjadi pemecah demokrasi
Idul Adha 2023 versi Pemerintah dan Muhammadiyah, tanggal berapa?