JAKARTA INSIDER – Sejak era pergerakan nasional, Sukarno dikenal telah menjadi kader Muhammadiyah.
Hubungan Sukarno dengan Muhammadiyah makin lekat saat dia menjalani pemindahan tempat pengasingan dari Ende ke Bengkulu pada 14 Februari 1938.
Di Bengkulu, Sukarno aktif menjadi Ketua Majelis Pengajaran Muhammadiyah dan Direktur Sekolah Menengah Muhammadiyah, demikian melansir muhammadiyah.or.id.
Sebuah kejadian menarik ketika Sukarno mendebat penggunaan tabir di suatu rapat Muhammadiyah Bengkulu pada bulan Januari 1939. Sikap protes Sukarno ditunjukkan dengan cara walk out (meninggalkan) rapat tersebut.
Baca Juga: Terjerat skandal korupsi, Menteri Pertahanan Ukraina mengundurkan diri. Siapa penggantinya?
Dalam protesnya, Sukarno menganggap penggunaan tabir melambangkan cara pandang Islam yang mundur.
Tabir yang dimaksud berupa pembatas antara perempuan dan laki-laki yang membuat jamaah perempuan tidak dapat melihat penceramaah atau jamaah lain dari lawan jenis.
Di artikel sebelumnya dituliskan, pasca kejadian itu, Sukarno bertemu dengan tokoh Muhammadiyah Haji Syudjak dan Samaun Bakri. Keduanya sepakat dengan pandangan Sukarno.
Baca Juga: Lagi, tokoh senior Jihad Islam Palestina Khader Adnan ditangkap Israel
Haji Syudjak, yang dikenal sebagai periwayat KH. Ahmad Dahlan, menyebut tabir memang tidak diperlukan dalam rapat Muhammadiyah, karena Kiai Ahmad Dahlan pun berpendapat demikian.
Sukarno juga meminta ketegasan soal hukum Islam dan pandangan Muhammadiyah ke tokoh Muhammadiyah lain yang juga sahabatnya, Kiai Haji Mas Mansur yang saat itu menjadi ketua HB Muhammadiyah.
Kepada Kiai Haji Mas Mansur, Sukarno mengirim surat terbuka. Begini isinya:
Assalamu’alaikum, Saudara yang tercinta!
Artikel Terkait
Sejarah singkat pendirian dan perkembangan Muhammadiyah
Ahmad Dahlan, kyai yang tak latah dirikan parpol. Mampu belokkan sejarah dengan menjamurnya Muhammadiyah
Ngebut saat mengendarai ambulans untuk antar jenazah. Begini hukumnya dalam Islam
BREAKING NEWS! PP Muhammadiyah resmi umumkan Lebaran 2023 jatuh pada 21 April. Potensi beda dengan pemerintah
Ketua PP Muhammadiyah minta perbedaan penetapan 1 Syawal jangan ‘digoreng’ jadi sumber perpecahan
Karena masalah ini, Sukarno pernah walk out di rapat Muhammadiyah. Begini kisahnya (bagian 1)