JAKARTA INSIDER - Klimak cita-cita yang diharapkan manusia adalah jannah beserta kenikmatannya. Namun tidak semua orang yang berharap, serta merta menjadi wujud.
Tidak semua orang yang menginginkan jannah lantas beruntung mendapatkannya. Jannah hanya diperuntukkan bagi orang yang sanggup mengusahakan konsekuensinya.
Allah berfirman dalam QS. Al-Isra': 19 yang artinya "Dan barangsiapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh sedang ia adalah mukmin, maka mereka itu adalah orang-orang yang usahanya dibalasi dengan baik."
Maka, tak ada waktu untuk berleha di dunia. Karena barang siapa berleha-leha di dunia, maka dia tak akan berleha-leha di akhirat. Dia akan disibukkan dengan berbagai penderitaan dan siksa.
Tepat sekali jawaban Imam Ahmad rahimahullah tatkala ditanya, "Kapankah seorang hamba merasakan nikmatnya rehat?" Belaiu menjawab, "Sejak pertama kali menginjakkan kaki di jannah."
Di antara salaf ada yang pernah ditegur lantaran kesungguhannya dalam beribadah, lalu beliau menjawab, "Dahulu, dunia sudah ada tatkala aku belum ada, dan kelak dunia masih ada saat aku telah tiada, maka aku tak ingin tertipu oleh hari-hari yang aku lalui."
Baca Juga: Motivasi Islam, manfaatkan waktu malam dengan kebaikan, niscaya banyak kenikmatan yang didapatkan
Begitulah, karena kesempatan di dunia begitu singkat, tak ada waktu lagi untuk menunda, karena umur kita dibanding dengan umur dunia tak ada artinya, sedangkan umur dunia dibanding akhirat, terlalu singkat untuk dibandingkan antara keduanya. Karena dunia itu fana, sedang akhirat itu kekal adanya.
Memang diakui, manusia memiliki keterbatasan, baik secara psikis maupun fisik. Yang karenanya, dia butuh istrirahat. Dan memang, tidak selayaknya seorang mukmin mengabaikan hak badan.
Namun, rehatnya seorang mukmin tetap saja dikatakan sebagai kesibukan. Karena dia tidak istirahat, kecuali untuk menyusun kekuatan agar mampu melanjutkan ketaatan. Sehingga istirahaatnya itu masuk dalam rangkaian kesibukan.
Baca Juga: Motivasi Islam, ternyata manusia lebih hina dari binatang, berikut kronologi kisahnya!
Seperti 'qailulah', tidur sejenak di waktu siang. Jika dilakukan sebagai persiapan untuk tahajud di waktu malam, maka tidur siang itu juga disebut sebagai kesibukan.
Karenanya, ketika Hasan al-Bashri melihat orang-orang di pasar tak ada satupun yang menyempatkan tidur siang, beliau mengatakan, "Saya mengira, malam mereka adalah malam yang buruk", yakni tidak melalui malamnya dengan amal shalih, karena tiadanya persiapan berupa tidur di siang hari.
Artikel Terkait
Motivasi Islam, enyahkan malas dari kehidupan kita!
Motivasi Islam, dari minder menjadi super
Motivasi Islam, cara menempatkan antara hawa nafsu dengan akal dalam kehidupan
Motivasi Islam, ternyata manusia lebih hina dari binatang, berikut kronologi kisahnya!
Motivasi Islam, manfaatkan waktu malam dengan kebaikan, niscaya banyak kenikmatan yang didapatkan
Motivasi Islam, lebih mulia mana, malaikat atau manusia? Berikut pandangan ulama terhadap kedudukan keduanya