JAKARTA INSIDER - Ketika Allah menyertakan hawa nafsu dalam penciptaan manusia, maka Allah juga menyertakan akal untuknya.
Kemudian Allah menurunkan wahyu untuk membimbing akal agar bisa menjadi pengendali dan pemandu bagi hawa nafsu.
Antara akal dan nafsu tak henti-hentinya berseteru pada diri manusia. Peta kekuatan antara keduanya berbeda antara satu orang dengan orang yang lain. Bahkan dalam diri satu orang, kondisinya silih berganti dari waktu ke waktu.
Baca Juga: Sirah Nabawiyah, kisah Nabi Muhammad yang dibelah dadanya oleh Malaikat Jibril
Dilansir JAKARTA INSIDER dari buku Muslim Juara karya Abu Umar Abdillah pada Rabu (19/10/2022) tentang cara menempatkan antara hawa nafsu dengan akal dalam kehidupan.
Abu Darda radhiyallahu anhu berkata,
"Jika pagi hari tiba, maka berkumpullah hawa nafsu, amal dan ilmu (akal) manusia. Jika dia berbuat mengikuti hawa nafsu, maka hari itu adalah hari yang buruk baginya. Dan jika dia berbuat dengan mengikuti ilmunya, maka hari itu adalah hari yang baik baginya."
Kemuliaan dan kehinaan manusia sangat bergantung pada posisi pertarungan antara keduanya.
Baca Juga: Motivasi Islam, dari minder menjadi super
Manusia yang paling hina adalah orang yang akalnya didominasi oleh hawa nafsu. Dia menjadi tawanan bagi hawa nafsunya. Akalnya tidak dikerahkan untuk mengendalikannya.
Bahkan akal diperalat untuk menjadi pembenar setiap apa yang diingini hawa nafsunya. Dia tidak berfikir kecuali dengan sudut pandang nafsunya, membenci dan menyenangi juga berdasarkan kecenderungan nafsunya, berbuat dan bertindak pun hanya mengikuti selera hawa nafsunya. Dialah yang dimaksud oleh Allah dalam firman-Nya,
"Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya. Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya?" (QS. al-Furqan: 43).
Baca Juga: Motivasi Islam, enyahkan malas dari kehidupan kita!
Derajatnya paling rendah di kalangan manusia, bahkan lebih rendah dari itu. Seorang tabi'in, Malik bin Dinar berkata,
"Allah menciptakan malaikat disertai akal dan tidak memiliki syahwat. Allah menciptakan binatang dengan menyertakan syahwat tanpa akal. Sedangkan Allah menciptakan manusia dengan menyertakan keduanya, akal, dan syahwat. Barangsiapa yang akalnya mampu mengalahkan syahwatnya, dia lebih baik dari malaikat. Dan barangsiapa yang syahwatnya mengalahkan akalnya maka dia lebih buruk dari binatang."***
Artikel Terkait
Sirah Nabawiyah, Nabi Muhammad senang mengasingkan diri sebelum diserahi kepemimpinan
Sirah Nabawiyah, siapa yang membangun Ka'bah?
Motivasi Islam, enyahkan malas dari kehidupan kita!
Motivasi Islam, dari minder menjadi super
Sirah Nabawiyah, benarkah ajaran Rasulullah? Berikut penjelasan Pendeta dan Rahib Nasrani
Sirah Nabawiyah, kisah Nabi Muhammad yang dibelah dadanya oleh Malaikat Jibril