JAKARTA INSIDER - Pada sekitar tahun 800 Masehi, di dataran tinggi Kaffa, Abyssinia—yang kini dikenal sebagai Ethiopia—hidup seorang gembala yang merumputkan kambing-kambingnya di perbukitan.
Suatu hari, ia menyadari sesuatu yang aneh. Kambing-kambingnya yang biasanya lelah setelah mendaki bukit, tiba-tiba menjadi penuh semangat setelah memakan buah kecil berwarna merah dari sebuah pohon.
Kambing-kambing itu bahkan tak bisa diam, apalagi tidur.
Baca Juga: 10 Negara Eropa yang aman untuk solo traveler wanita, nomor 1 dan 4 bisa jadi destinasi terbaik!
Penasaran, sang gembala bertanya-tanya, "Apa yang membuat mereka begitu energik?" Akhirnya, ia memutuskan mencoba buah itu sendiri.
Hasilnya mengejutkan! Ia merasa tubuhnya menjadi lebih kuat dan penuh tenaga dalam waktu singkat.
Buah itu adalah kopi. Nama kopi sendiri berasal dari Kaffa, kota asal tanaman ini. Ketenarannya dengan cepat menyebar, terutama ke Semenanjung Arab, di mana masyarakat Arab menjuluki minuman dari biji ini sebagai Qahva, yang berarti "penghibur hati."
Dari sini, perjalanan kopi terus meluas: dari Yaman ke Turki, dari Turki ke Eropa, hingga akhirnya ke Amerika.
Kopi dan Peradaban
Di Istana Turki, kopi memiliki tempat istimewa.
Seorang Head Coffee Maker khusus ditunjuk untuk meracik kopi bagi sang Sultan.
Tugasnya hanya satu: menyajikan secangkir kopi terbaik bagi pemimpin negeri. Kopi bahkan menjadi bagian dari budaya dan lagu rakyat:
"Kopi berasal dari Yaman, airnya dari fenugreek."