JAKARTA INSIDER - Sudah sebelas bulan perang di Ukraina berlangsung sejak Rusia melancarkan operasi militer besar-besaran pada 24 Februari 2022.
Operasi militer yang dimaksudkan menggulingkan pemerintah Ukraina berubah menjadi perang berkepanjangan yang telah merenggut puluhan ribu nyawa militer dan rakyat sipil.
Bahkan dengan sanksi Barat dan perkiraan penurunan pendapatan Rusia di tengah inflasi dunia, sayangnya Moskow masih memiliki cukup uang untuk biaya perang di Ukraina.
Baca Juga: Memanas! Intelijen Ukraina ungkap keberadaan gudang senjata Rusia
Meskipun perang sedang terjadi di wilayah Ukraina, yang menderita kerugian manusia dan material, Rusia juga menghadapi tantangan berat yang memengaruhi ekonomi negaranya.
Amerika Serikat dan negara Barat telah memberlakukan serangkaian sanksi terhadap Putin yang menurut banyak ahli akan memengaruhi ekonomi Rusia dan dengan demikian memaksa Moskow menghentikan agresi militernya.
Sanksi yang menargetkan pejabat pemerintah, impor dan ekspor, industri berat, pendapatan minyak dan gas, serta dikeluarkan dari Bank Eropa, telah menyebabkan penurunan ekonomi Rusia, tetapi tidak mencerminkan kenyataan.
Rusia tidak mengalami kendala ekonomi yang signifikan dalam jangka waktu pendek.
Dilansir Jakarta Insider dari Aljazeera pada Rabu (1/2/2023), menurut Kremlin, pada tahun 2022, PDB akan turun sekitar 2,9 persen dan Bank Sentral mengatakan turun sebesar 3 hingga 3,5 persen.
Tidak lama setelah AS dan Barat menjatuhkan sanksi, Rusia menghadapi lonjakan inflasi, harga konsumen naik 10 persen, dan rubel turun secara signifikan pada bulan Februari dan Maret.
Baca Juga: Kekerasan Israel terhadap warga Palestina, Rusia serukan hal ini
Konfrontasi dengan negara Barat atas perang di Ukraina juga memengaruhi ekspor hidrokarbon Rusia, yang pada 2021 menyumbang hampir 50 persen dari total ekspor dan 45 persen dari pendapatan anggaran federal.
Bahkan sebelum agresi militer terjadi, pada tahun 2021, Gazprom telah mengurangi pasokan gasnya ke Eropa yang mengakibatkan lonjakan harga.
Artikel Terkait
Waspada perang hipersonik, rudal Rusia bisa menyasar target hingga 900 km
Rheinmetall siap kirim tank Leopard ke Ukraina, bakal mengubah dinamika perang melawan Rusia
Marker, robot tempur Rusia lawan tangguh tank modern Leopard 2 dan Abrams M1
Diplomat Korut saudara Kim Jong Un: Rusia bisa bikin senjata kiriman koalisi di Ukraina jadi rongsokan
Dapat kiriman tank tempur leopard dari Jerman, Ukraina habis dihujani rudal Rusia