Terkait Kampus Putih, ia menilai bahwa UMM merupakan universitas Islam yang memberikan kesejukan.
Hal itu tak lepas dari paham Islam UMM yang berwawasan tamaddun, wasathiyah, dan moderat.
Apalagi dengan sederet pendidik yang tidak hanya bagus dari sisi akademik, tapi juga memberikan teladan dan menjadi teman diskusi yang apik.
"Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) menjadi tempat yang memberikan harapan dan dinilai terbuka untuk siapapun," katanya.
Sementara itu, Prof. Akhsanul In’am, Ph.D. selaku Direktur Program Pascasarjana UMM mengapresiasi disertasi yang disusun oleh Ali Fauzi.
Hal itu tak lepas dari pembahasan terkait moderasi beragama. Baginya, kajian tersebut sangat penting untuk dibahas serta dibagikan ke masyarakat.
"Dalam beragama, sebisa mungkin kita menjadi orang baik dengan tidak terlalu ke kiri dan tidak terlalu ke kanan," katanya.
In’am menyampaikan bahwa UMM selalu memberi kesempatan bagi siapapun untuk belajar dan berubah menjadi pribadi yang lebih baik, tak terkecuali mantan teroris seperti Ali Fauzi.
Sebab, menurutnya UMM dapat memberi wawasan yang luas dan pengetahuan sesungguhnya dalam beragama.
"Seperti kata Ketua Umum PP Muhammadiyah, Pak Haedar Nashir, bahwa kita harus mengambil jalan tengah. Tidak terlalu ke kiri dan tidak terlalu ke kanan," ujarnya.
Selain Ali, sebelumnya ada mahasiswa non muslim dari Australia yang mengambil S3 di Pendidikan Agama Islam.
Hal itu membuktikan tingkat inklusivitas UMM yang tinggi. Hal itu juga sebagai upaya Kampus Putih untuk menyiarkan masyarakat, bahwa Islam yang diajarkan merupakan Islam yang menyejukkan.