politika

Abdillah Toha kirim surat terbuka pada Jokowi ingatkan, jangan menjadi pemecah demokrasi

Senin, 19 Juni 2023 | 11:06 WIB
Pendiri Partai Amanat Nasional mengirimkan surat terbuka kepada presiden Jokowi untuk menjaga legacy nya sebagai kepala negara./Tangkapan Layar YouTube Metro TV (JAKARTA INSIDER )

Bahkan menurut Toha sekarang saja negeri ini sudah pada tahap membahayakan. Contoh konkrit itu menurutnya, seperti UU yang membatasi jumlah calon presiden.

Dan rakyat disuruh untuk memilih presiden yang sudah ditetapkan. Padahal negara kita ini memiliki jumlah penduduk sekitar 270 juta jiwa,ungkapnya.

Baca Juga: AHY sebut tak hanya bahas soal politik praktis, Puan: ‘Boleh ya, saya anggap mbak seperti kakak’

Dan banyak sekali, orang-orang yang pandai di negeri ini yang tidak dihirau kan dan tidak diangkat.

Hanya orang-orang tertentu, yang berprestasi seperti Sri Mulyani, lalu menteri PUPR dan beberapa orang lainnya, sebutnya. 

Tidak ada kebebasan untuk memilih, itu sudah salah. Dan UU itu dibuat bersama eksekutif dan legislatif. 

Baca Juga: Gelombang PHK yang bertambah dan pengangguran, Kepala Bidang Hubungan Industri: Ormas kerap mengganggu!

"Dan saya juga terkejut kemarin saat Jokowi mengatakan cawe-cawe dan mengatakan bahwa dia tidak mau netral. Loh..ini bagaimana ini. Apakah dia menganggap kepentingan masa depan bangsa ini lantas beliau menyimpulkan bahwa hanya pilihannya yang akan dapat membangun negeri ini tanpa mempertimbangkan kondisi dan aspirasi rakyat?", ujarnya.

Dalam surat terbuka yang dikirim Toha itu juga menyebutkan, akibat campur tangan dari pemimpin tertinggi negara dalam Pemilu pilpres dapat membahayakan dan hilangnya kedamaian negeri ini bahkan bisa menimbulkan keos. 

Ketika ditanya tentang perbandingan yang terjadi pada tahun 1998, apakah situasinya sudah seperti itu. Sementara bila dilihat saat ini ekonomi sudah jauh berkembang yang dibarengi dengan pembangunan infrastruktur dan dapat melewati pandemi dengan sukses.

Baca Juga: Presiden Minta Borobudur Dikelola Entitas Tunggal: Mendorong Pertumbuhan Pariwisata Indonesia

Dia mengatakan, memang berbeda situasi kegentingan yang sedang kita hadapi saat ini dengan saat reformasi tahun 1998. 

Pada 1998 yang menentukan itu, masyarakat karena faktor ekonomi, inflasi yang luar biasa dan harga rupiah yang jatuh saat itu. 

'Tapi bukan itu saja, tahun 1998, rakyat memberontak karena ekonomi dikuasai oleh Soeharto dengan konco-konconya. Terutama keluarganya dengan korupsi yang luar biasa"ungkapnya

Baca Juga: iShowSpeed akhirnya bertemu dengan idolanya Cristiano Ronaldo sang legenda sepak bola Portugal

Halaman:

Tags

Terkini