politika

Perang Rusia-Ukraina memasuki tahun kedua, NATO: Kita tidak tahu kapan akan berakhir

Jumat, 24 Februari 2023 | 16:58 WIB
Ilustrasi perang Rusia-Ukraina yang menjadi konflik terbesar setelah Perang Dunia Kedua. (Twitter/@NOELreports)

JAKARTA INSIDER - Memasuki tahun kedua ‘invasi’ Rusia, pertempuran semakin berkecamuk di wilayah utara, timur, dan selatan Ukraina, pada Jumat (24/2/2023). 

Presiden Rusia Vladimir Putin menyebutnya sebagai ‘operasi militer khusus’ terhadap ancaman keamanan dan sebagai bukti bahwa Barat meningkatkan perang dengan mengirimkan senjata ke Ukraina.

Majelis Umum PBB mengadakan pemungutan suara yang mengadopsi resolusi perdamaian abadi dan menuntut Rusia menarik pasukan dari Ukraina untuk mengakhiri perang, pada Kamis.

Baca Juga: Amerika Serikat ejek Rusia mengemis ke Korea Utara dan Iran karena rugi di perang Ukraina

Dilansir Jakarta Insider dari laman Reuters pada Jumat (24/2/2023), ada 141 suara yang mendukung resolusi tersebut dan 32 abstain, Cina yang menjadi sekutu Rusia.

Sebanyak enam negara memilih tidak untuk bergabung dengan Rusia, seperti Belarus, Korea Utara, Eritrea, Mali, Nikaragua, dan Suriah.

Sementara itu, Duta Besar Rusia Dmitry Polyanskiy yang menjadi wakil untuk PBB menyebut tindakan tersebut “tidak berguna”.

Baca Juga: Rusia ancam Amerika dengan nuklir jika bikin perang Ukraina jadi konflik global

Dalam sebuah pesan video, Presiden Volodymyr Zelensky mengatakan bahwa Ukraina kuat dan siap untuk mengalahkan semua orang.

Zelensky menggambarkan 2022 sebagai tahun ketahanan, keberanian, rasa sakit, dan persatuan.

“Hari terpanjang dalam hidup kita. Hari tersulit dalam sejarah kita baru-baru ini. Kami bangun pagi dan belum tidur sejak itu,” katanya, duduk di belakang meja dan mengingat bagaimana dia berbicara kepada orang-orang Ukraina setahun yang lalu, ketika dunia terhuyung-huyung dari serangan Rusia kala itu.

Baca Juga: Rusia - Cina jadi kunci stabilitas dunia internasional, Barat khawatir Cina pasok bantuan militer bagi Rusia

Perang Rusia-Ukraina telah merusak ekonomi dunia dan menjadi konflik terbesar setelah Perang Dunia Kedua.

Ancaman Presiden Vladimir Putin yang akan meningkatkan senjata nuklir, menegang di situasi konflik.

Halaman:

Tags

Terkini