Dari laman Wikipedia tercatat, yang mana tingkat infeksi HIV yang sangat tinggi yang dialami di Uganda selama tahun 1980-an dan awal 1990-an sehingga menjadi kebutuhan mendesak bagi orang -orang untuk mengetahui status HIV mereka.
Satu-satunya, pilihan yang tersedia bagi mereka ditawarkan oleh Layanan Transfusi Darah Nasional yaitu dengan melakukan tes HIV rutin pada semua darah yang disumbangkan untuk keperluan transfusi.
Kebutuhan yang besar untuk tes dan konseling oleh masyarakat Uganda tersebut mendapat perhatian dari kelompok organisasi non-pemerintah lokal. Seperti The AIDS Support Organization (TASO), Palang Merah Uganda, Nsambya Home Care, serta Bank Darah Nasional.
Bahkan Institut Penelitian Virus Uganda bersama dengan Kementerian Kesehatan membentuk Pusat Informasi AIDS pada tahun 1990. Organisasi ini bekerja untuk menyediakan layanan tes dan konseling HIV dengan sepengetahuan dan persetujuan klien yang terlibat.
Di Uganda, HIV/AIDS telah menjadi permasalahan serius dan menjadi masalah kesehatan dan pada tahun 1992.
Baca Juga: Idul Adha 2023, ini syarat utama hewan kurban menurut Buya Yahya, yuk simak agar tak salah pilih!
Selain itu, Komisi AIDS Uganda, yang didirikan pada tahun 1992, telah membantu mengembangkan kebijakan HIV/AIDS nasional.
Pemerintah Uganda bekerja ekstra keras, yang melakukan berbagai pendekatan pendidikan AIDS pun telah dilakukan.
Mulai dari promosi penggunaan kondom, hingga program kebijakan yang diberlakukan untuk mengantisipasinya.
Upaya Uganda dalam membangun program HIV/AIDS yang komprehensif, pada tahun 2000 terus berlanjut dimana oleh Kementerian Kesehatan Uganda menerapkan praktik persalinan dan konseling pemberian makan bayi yang aman.
Menurut WHO, sekitar 41.000 wanita telah menerima layanan Pencegahan Penularan dari Ibu ke Anak (PMTCT) di tahun 2001.
Tercatat, Uganda adalah negara pertama yang membuka klinik Voluntary Counseling and Testing (VCT) di Afrika yang disebut AIDS Information Center dan memelopori konsep tersebut sebagai pusat tes HIV sukarela di Afrika Sub-Sahara itu.
Wilayah ini, menanggung beban epidemi HIV/AIDS global, dengan kondisinya, juga merupa kan wilayah di mana kemiskinan paling merajalela yang mana hampir sembilan dari setiap sepuluh orang di negara-negara termiskin di Afrika hidup dengan kurang dari USD 2 sehari.
Karenanya, memiliki sumber daya paling sedikit untuk secara efektif mengatasi epidemi dahsyatnya HIV.
Artikel Terkait
Bicara TikTok, Menko Luhut beri saran ke konten kreator: Silakan berbisnis, tapi jangan masuk ke politik!
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo berjanji akan penuhi panggilan KPK guna penyelidikan tindak pidana
Prakiraan cuaca Jabodetabek hari ini Sabtu 17 Juni 2023, BMKG: Potensi hujan di Jaksel dan Jaktim pada sore...
Mendadak, Siti Nurbaya dipanggil Jokowi ke Istana, ada apa?
Spyware Israel Pegasus masuk ke Indonesia sejak 2018, YLBHI: Dapat disalahgunakan untuk kepentingan politik!