“Itu hanyalah penggambaran agar kita memahami sekelumit darinya. Kita tidak bisa menggambarkannya dan tidak bisa tergambar dalam benak manusia,” tuturnya.
“Maka Allah memberikan contoh-contohnya saja sesuai dengan yang bisa terjangkau oleh nalar, karena kita ingin mengetahui,” papar Prof Quraish Shihab.
Artikel NU Online berjudul Surga dan Neraka: Buah Tanaman Dunia, menulis untuk meraih surga, tidaklah mudah karena ada sesuatu yang sulit diraih.
Diibaratkan bahwa surga seperti berada di tempat yang tinggi. Sedangkan neraka sesuatu yang mudah bagai berada di tanah yang rendah.
“Sesungguhnya surga itu dikepung oleh segala kemakruhan (hal yang dinistakan agama) sedangkan neraka dikelilingi oleh syahwat (hal-hal yang menyenangkan manusia). Arti kata dikepung (huffat) adalah terhalang. Sebagaimana sebuah perkampungan yang terkepung banjir. Karena itu, untuk sampai pada perkampungan tersebut, seseorang harus berani menerjang banjir,” tulis artikel tersebut.
Demikian juga dengan surga. Mereka yang menginginkannya harus siap melawan berbagai kemakruhan. Maksud kemakruhan adalah segala hal yang dianggap buruk dan dibenci oleh syariat.
Begitu pula sebaliknya, posisi neraka dalam hadits di atas dikelilingi dengan berbagai kesenangan. Barang siapa yang kesehariannya selalu bersenang-senang tanpa memperdulikan aturan syariat, sungguh dia telah berada sangat dekat dengan neraka.***