Masjid Quba, simbol persatuan kaum Muhajirin dan Anshar

Pada musim panas 622 Masehi, umat Islam di Mekkah secara diam-diam meninggalkan rumah menuju Madinah dengan hanya menyisakan rumah tangga Nabi dan Sayyidina Abu Bakar Radzhiallahu 'anhu.

Mengetahui umat Islam berhijrah ke Madinah, kaum kafir Quraisy pun menyusun rencana untuk membunuh Nabi.

Mereka khawatir dengan kekuatan baru Islam yang terbentuk di Madinah.

Baca Juga: Sirah Nabawiyah, Rasulullah mendakwahi keluarganya guna menyiapkan dukungan publik

Dalam rencana itu, setiap kabilah diminta untuk mengajukan pemuda tangkas bersenjata. Tujuannya tidak lain adalah untuk membunuh Nabi bersama-sama.

Sementara itu, sore hari sebelum penyergapan, Nabi telah mendapatkan petunjuk dari Jibril 'Alaihissalati wassalam, untuk melakukan hijrah.

Nabi pun segera menemui Sayyidina Abu Bakar untuk menyusun strategi hijrah. Nabi meminta Sayyidina Ali bin Abi Thalib untuk tinggal di rumahnya, menjaga barang-barang yang ada di dalamnya.

Baca Juga: Sirah Nabawiyah, Nabi Muhammad senang mengasingkan diri sebelum diserahi kepemimpinan

Hingga tiba saat penyergapan, kaum kafir Quraisy tidak menemukan Nabi Muhammad, melainkan Sayyidina Ali yang mengenakan selimut hijau milik Nabi.

Pada waktu itu, Nabi dan Sayyidina Abu Bakar telah meninggalakn rumah. Mereka menuju Madinah dengan memilih rute dan waktu yang tidak seperti perjalanan pada umumnya.

Dalam perjalanan, Nabi dan Sayyidina Abu Bakar sempat singgah di Gua Tsur selama tiga hari.

Baca Juga: Belajar sejarah Islam lengkap, hubungan kehidupan jahiliyah berbasis kepentingan dan pemaksaan

Di gua ini, Nabi dan Sayyidina Abu Bakar bersembunyi dari kejaran kaum kafir Quraisy.

Setelah merasa aman, Nabi dan Sayyidina Abu Bakar melanjutkan perjalan menuju Madinah.

Sebelum tiba di Madinah, Nabi singgah di Quba, sebuah daerah yang berjarak sekitar lima kilometer dari pusat kota Madinah.