JAKARTA INSIDER - Situasi di tanah air tak bisa pula diceraikan dengan perkembangan situasi dunia kala itu. Sebagai pihak yang kalah dalam perang, Jepang tunduk pada ketentuan sekutu.
Para interniran (tawanan perang Jepang) dan aset militer Jepang menjadi tanggung jawab penguasa militer Jepang yang sudah tak berharga di mata rakyat. Jepang memilih untuk menyerahkan semua tanggung jawab pada sekutu.
Sekutu sendiri mulai menapakkan kakinya di Indonesia lewat kewenangan South East Asia Command (SEAC) yang berpusat di Sri Lanka. SEAC yang dipimpin Lord Mounbatten mengangkat secara tergesa-gesa Sir Philip Christison sebagai Panglima Hindia Belanda. Christison saat itu bekerja tanpa banyak tahu mengenai situasi di Indonesia. SEAC sepakat dengan pemerintah Belanda untuk mengadakan satu pemerintah transisi dan kekuasaan de facto berada ditangan sekutu. Sedangkan urusan sipi diserahkan kepada Netherlands Indies Civil Administration. (Anthony J.S. Reid: 1996)
Baca Juga: Dibalik pekik takbir Bung Tomo, rakyat mulai merebut kekuasaan dan peristiwa hotel Oranje
Pada 20 September, Christison mengatakan pada pers bahwa pemimpin-pemimpin Indonesia tidak akan dicopot sebagai kolaborator-kolaborator.
Sebaliknya, ia meminta agar diperlakukan sebagai tamu dan dibantu bekerja sama untuk mengurus tawanan perang.
Pernyataan ini sontak diprotes oleh pihak Belanda, sehingga pihak sekutu kemudian meralat pernyataan mereka. Namun di media-media Indonesia, pernyataan awal Inggris segera meluas dan disambut hangat. Pernyataan awal Inggris dianggap sebagai pengakuan terhadap Indonesia. Bagaimanapun, kehadiran sekutu tetap dianggap krusial oleh para pemimpin Indonesia. (Anthony J.S. Reid: 1996)
Baca Juga: 10 Buah ini bisa untuk detox tubuh dengan hasil terbaik. Buah nomor 7 sering kita makan!
Di pihak sekutu sendiri setidaknya ada tiga pihak yang terlibat, yaitu Inggris, Australia dan Belanda lewat Netherland Indies Civil Administration (NICA). Kehadiran Inggris dan Australia tidak dianggap sebagai ancaman oleh masyarakat Indonesia kala itu. Namun lain halnya dengan Belanda. Sudah mahfum, NICA dianggap sebagai representasi Belanda yang ingin menduduki kembali Indonesia. (Anthony J.S. Reid: 1996)
Baca Juga: Gerilya Anies Baswedan di Yogyakarta disambut meriah, ingatkan tentang masa depan Indonesia
Masyarakat segera bersikap frontal terhadap perwakilan Belanda. Di Sulawesi Selatan misalnya, pemimpin-pemimpin lokal menolak berhubungan dengan Belanda. Tak butuh waktu lama bagi Inggris untuk mengetahui bahwa kehadiran NICA malah mempersulit pekerjaan mereka di Indonesia.Kebijakan Inggris adalah untuk menghindari kontak bersenjata di Indonesia. Maka untuk menekan sikap provokatif belanda terhadap masyarakat Indonesia, maka di Jawa dan Sumatera, NICA diganti dengan Allied Military Administration – Civil Affairs Branch (AMACAB) di bawah pengawasan Inggris yang lebih ketat. (Anthony J.S. Reid: 1996)
Baca Juga: Joe Biden sebut ledakan di Polandia akibat rudal Ukraina, Kremlin: Amerika semakin waras
Di Jakarta, para pemimpin Indonesia lewat Sukarno mencoba menjalin kesepahaman dengan pihak sekutu.
Artikel Terkait
Rahasia Allah menciptakan akal dan nafsu, ternyata inilah manusia bergelar mujahid tanpa mengangkat senjata
Kunci bahagia dunia akhirat, UAH: Bawa bekal ini
Mau meningkatkan kecerdasan? Ikuti resep dr Zaidul Akbar dengan cara membaca Al-Qur'an
Waw, ternyata industri tepung pertama di dunia hasil temuan kaum muslim!
Dibalik pekik takbir Bung Tomo, rakyat mulai merebut kekuasaan dan peristiwa hotel Oranje