JAKARTA INSIDER - Perang Uhud adalah perang yang terjadi antara pasukan muslim yang dipimpin oleh Nabi Muhammad SAW melawan kaum kafir Quraisy Makkah pada 23 Maret 625 M.
Perang terjadi di lembah bukit Uhud, oleh karena itulah maka pertempuran itu disebut Perang Uhud.
Perang Uhud ini merupakan kelanjutan dari Perang Badar yang terjadi pada 17 Ramadan 2 Hijriah atau 13 Maret 624 Masehi.
Baca Juga: Sirah Nabawiyah, benarkah Rasulullah berpoligami? Berikut faktanya
Saat Perang Badar, kaum Quraisy bisa dikalahkan oleh kaum muslim. Sehingga Perang Uhud ini menjadi ajang balas dendam kaum Quraisy.
Kaum Quraisy marah karena saat Perang Badar mereka dipermalukan oleh kaum muslim. Saat itu pasukan muslim yang jumlahnya sedikit bisa mengalahkan pasukan Quraisy yang jumlahnya lebih banyak.
Dalam buku Perang-Perang dalam Sejarah Islam (2014) karya Sitiatava, Perang Uhud juga dilatarbelakangi oleh keinginan kaum Quraisy menghilangkan dominasi Nabi Muhammad SAW di Madinah.
Latar belakang perang Uhud
Pasukan Quraisy dipimpin Abu Sufyan yang memimpin 3.000 prajurit, termasuk di dalamnya pasukan berbaju zirah. Tak hanya itu, mereka juga diperkuat 200 orang pasukan kavaleri.
Rombongan pasukan ini berjalan dari Makkah hingga tiba di dua mata air Lembah Sabkhah, dari saluran air di atas lembah yang menuju Madinah. Awalnya pergerakan pasukan Quraisy ini tidak diketahui oleh pasukan Muslimin.
Kabar pergerakan pasukan Quraisy ini baru diketahui oleh Nabi Muhammad dua sampai tiga hari kemudian. Nabi Muhammad mengetahui informasi bahwa Madinah sedang berada dalam ancaman setelah mendapatkan kabar dari Abbas, pamannya yang masih di Makkah.
Pada akhirnya, Nabi Muhammad berunding dengan pasukan muslim untuk menentukan strategi. Karena pasukan Quraisy lebih kuat dan terlatih maka Nabi pun mengusulkan untuk tetap bertahan di dalam kota.
Nabi memilih bertahan bersama tentara Muslim yang terdiri dari 700 infanteri, 50 pemanah dan 4 penunggang kuda.
Selain itu, dengan memanfaatkan kondisi geografis, Nabi menempatkan 50 penembak jitu dan pemanah, di lereng Gunung Uhud. Strategi bertahan ini memberikan pertahanan bagi Muslim. Nabi memerintahkan agar para penembak jitu ini tidak pernah meninggalkan pos mereka apapun situasinya.
Kisah pilu kekalahan muslim dan sahabat Rasul dalam perang Uhud
Artikel Terkait
Sejarah singkat Haseki Hurrem Sultan, wanita paling kuat dan berpengaruh era Kekaisaran Ottoman
Sejarah singkat Sulaiman Al Qonuni, berjaya di era Ottoman sebarkan Islam hingga ke pelosok Eropa
Sejarah singkat Kossem Sultan wanita terkuat Ottoman memerintah selama 30 tahun hingga akhir hidup yang tragis
Sirah Nabawiyah, benarkah Rasulullah berpoligami? Berikut faktanya
Fakta sejarah Sultan Orhan Ghazi, Sultan Ottoman yang dicintai orang Kristen hingga toleransi Iznik