khazanah

Di balik pekik takbir Bung Tomo, rakyat mulai merebut kekuasaan dan peristiwa hotel Oranje

Kamis, 17 November 2022 | 18:05 WIB
Pidato Bung Tomo jelang pertempuran 10 November 1945 (jejakislam.net)

Bung Tomo yang kala itu menjadi wartawan Kantor Berita Antara, bersama fotografer Abdul Wahab meliput peristiwa tersebut. Abdul Wahab kemudian memotret peristiwa tersebut. Tak lama Abdul Wahab kemudian dipukul oleh seorang ‘inlander’ (pribumi pendukung Belanda), dan nyaris dikeroyok.  (Bung Tomo: 2008)

Baca Juga: Kepala BPOM : dua perusahaan farmasi resmi ditetapkan tersangka terkait EG dan DEG, kasus gagal ginjal akut

Aksi arogan orang-orang Belanda dan Indo-Belanda ini segera mengundang kemarahan masyarakat. Mereka berkumpul di sekitar Hotel Oranje. Semakin lama semakin banyak jumlahnya. Sebagian membawa bambu runcing, golok, keris dan pedang. Sepasukan Kenpeitai (Polisi Militer Jepang) pun datang. namun rakyat sudah tak peduli. Batu-batu melayang. Menghampiri orang-orang Belanda yang berada di atap Hotel Oranje. (Bung Tomo: 2008)

Baca Juga: Demi para penggemar, Son Heung min bakal turut serta membela timnas Korea Selatan

Tiba-tiba suara letusan tembakan terdengar. Rakyat semakin murka. Baku hantam tak terhindarkan. Tinju lawan tinju. berlemparan batu. Golok dan senjata tajam lain mulai bermain. Beberapa pemuda nekad naik ke atas Hotel Oranje. Seorang kemudian jatuh dipukul orang Belanda. Lainnya tetap mencoba merangsek ke atas menuju bendera. Tangga tiba-tiba disandarkan. Para pemuda semakin melaju. Tiba-tiba saja seorang merobek warna biru bendera tersebut. (Bung Tomo: 2008)   

“Ya Allah, pemuda yang berada di atap itu menyobek kain warna biru yang melekat di bendera tiga warna tersebut sehingga tinggal warna merah putih!

Perlahan-lahan dinaikkan Sang Merah Putih tersebut. Getaran jiwa yang meluap-luap bagaikan air bah tidak tertahankan,” demikian kesaksian haru Bung Tomo yang menyaksikan peristiwa tersebut. (Bung Tomo: 2008)

Baca Juga: Ternyata MRT di Jakarta akan digarap oleh tiga negara ini, mana sajakah?

Sementara serdadu Kenpeitai hanya termangu, orang-orang Belanda melarikan diri ke belakang hotel. Ploegman tewas menemui ajalnya di insiden tersebut. Meski Sudirman, residen Surabaya meminta sudah meminta rakyat untuk bubar, namun permintaan itu tak ditanggapi.  

Bung Tomo kemudian naik ke atas, dan mengajak mereka menyanyikan Indonesia Raya. Setelah puas bernyanyi, perlahan mereka membubarkan diri. Truk-truk membawa mereka meninggalkan Jalan Tunjungan. (Bung Tomo: 2008)

Baca Juga: Hasil pertandingan Argentina vs Uni Emirat Arab: La Albiceleste menang 5-0

Hawa kemerdekaan tak bisa dibendung lagi. Penguasa di Jepang memimnta masyarakat menjaga ketertiban. Bung Tomo yang saat itu menjadi Pemimpin Redaksi Antara di Jawa Timur mengisahkan bahwa serdadu Kenpeitai mulai berpatroli. Di Kantor Antara, Kenpeitai menempel pengumuman permintaan ini. Pamflet ini ditempel pada kaca di luar kantor Antara. Tak lama, pamflet itu disobek rakyat. Kemudian ditempel kembali. Dan disobek kembali. Kejadian ini terus berulang. (Bung Tomo: 2008)

Dilansir JAKARTA INSIDER dari berita JEJAK ISLAM UNTUK BANGSA yang berjudulDi Balik Pekik Takbir Bung Tomo

Kenpeitai kemudian menempelkan pamflet tersebut dari dalam kaca kantor Antara agar tak disobek masyarakat. Dan tentu saja awak redaksi Antara tak berani menyobeknya. Namun awak redaksi tak kehilangan akal. Mereka menempelkan pengumuman berisi teks proklamasi pada luar kaca Kantor Antara. Tak pelak, teks proklamasi itu menutupi pamflet dari penguasa jepang yang ditempel dari dalam. Sehingga masyarakat pun hanya membaca teks proklamasi. (Bung Tomo: 2008)

Baca Juga: Optimis mampu menjangkau kemenangan Pilpres 2024, Anies ingatkan relawannya: Jaga stamina dan momentum

Halaman:

Tags

Terkini

9 jenis jin dan tugasnya, yuk simak apa saja

Selasa, 9 Desember 2025 | 18:31 WIB