khazanah

Di balik pekik takbir Bung Tomo, rakyat mulai merebut kekuasaan dan peristiwa hotel Oranje

Kamis, 17 November 2022 | 18:05 WIB
Pidato Bung Tomo jelang pertempuran 10 November 1945 (jejakislam.net)

JAKARTA INSIDER - Aksi-aksi perlawanan terhadap sisa-sisa kekuasaan Jepang mulai merebak. Di beberapa daerah seperti Bandung, Semarang dan Surabaya, para pemuda tanah air mulai berani melawan otoritas Jepang dan sebagian menyerangnya. pangkalan-pangkalan militer Jepang diserang oleh para pemuda, sebagian berusaha merebut senjata dari pihak Jepang. (Anthony J.S. Reid: 1996)

Baca Juga: 10 Buah ini bisa untuk detox tubuh dengan hasil terbaik. Buah nomor 7 sering kita makan!

Di Bandung, pada 10 Oktober 1945, serangan para pemuda kemudian dibalas Jepang dengan keras. Para pemuda dipaksa mengosongkan gedung-gedung yang sebelumnya mereka rampas. Penguasaan militer kembali ke tangan Jepang, sebelum akhirnya diserahkan pada pihak sekutu seminggu kemudian. (Anthony J.S. Reid: 1996)

Baca Juga: Gerilya Anies Baswedan di Yogyakarta disambut meriah, ingatkan tentang masa depan Indonesia

Begitu pula di Semarang. Pada 14 Oktober 1945 menjadi ajang perang terbuka. Sebagai balasan atas ditangkapnya 300 orang sipil Jepang oleh para pemuda, pihak Jepang mulai membersihkan kota tersebut dari para pemuda yang militan. Para pemuda kemudian membalas dengan menghabisi para tawanan Jepang tersebut. Pihak Jepang kemudian membalas dengan melakukan pembunuhan besar-besaran. Saat tentara sekutu mendarat tanggal 20 Oktober, setidaknya diketahui 2000 orang Indonesia dan ratusan orang Jepang tewas. (Anthony J.S. Reid: 1996)

Baca Juga: Joe Biden sebut ledakan di Polandia akibat rudal Ukraina, Kremlin: Amerika semakin waras

Di Surabaya, pada 3 September 1945, atas desakan para pemuda, diproklamirkan pemerintahan Republik Indonesia daerah Surabaya yang melepaskan diri dari pemerintahan Jepang. Menyusul proklamasi pemerintahan lokal tersebut, bendera-bendera merah putih berkibar di kantor-kantor pemerintahan, kecuali di markas-markas militer Jepang dan Kempetai. (Roeslan Abdulgani: 1994)

Aksi-aksi pemuda yang membara tak mudah ditaklukkan. Menurut Bung Tomo, di Surabaya kala itu para pemuda mulai mengibarkan bendera merah putih. Di Syuutyo (Keresidenan) Surabaya, bendera merah putih dikibarkan. Hal ini sontak mengundang amarah pembesar Jepang. Bendera itu kemudian diturunkan paksa. Para pemuda tak kehilangan akal, mereka mencari batang kayu yang panjang dan dipasang di menara yang tinggi. Membuat orang Jepang segan untuk mencabutnya. (Bung Tomo: 2008)

Baca Juga: Salah langkah, ajukan gugatan hukum ke PTUN terkait obat sirop mengandung zat kimia berbahaya

Pengibaran bendera ini pula yang memunculkan peristiwa bersejarah di Hotel Oranje (Yamato). Beberapa orang Belanda bekas tawanan Jepang bertindak arogan. Terlebih ketika pesawat Belanda dari Balikpapan menyebarkan selebaran dari udara. Selebaran itu berisi informasi agar mereka bersiap-siap menerima kedatangan Belanda dan sekutu yang disertai gambar bendera merah-putih-biru dan potret Ratu Wilhelmina. (Roeslan Abdulgani: 1994)

Baca Juga: Anies bertemu Gibran, ternyata Gibran mengidolakan sosok Anies Baswedan

Ketika bendera Belanda berkibar di Hotel Oranje

Pada hari Rabu, 19 September 1945, Di bawah pimpinan Ploegman dan Spit, sekelompok orang Belanda dan Indo-Belanda berkumpul, menaiki atap hotel Oranje (Yamato) di Tunjungan. Secara demonstratrif dan arogan mereka mengibarkan bendera bahkan memiliki senjata Jepang. (Bung Tomo: 2008 dan Roeslan Abdulgani: 1994)

Baca Juga: Mengenakan topeng karbon hitam jelang Piala Dunia 2022 di Qatar, Song Heung min: Awalnya saya..

Halaman:

Tags

Terkini

9 jenis jin dan tugasnya, yuk simak apa saja

Selasa, 9 Desember 2025 | 18:31 WIB