JAKARTA INSIDER - Ratu Elizabeth I (1533–1603) adalah salah satu monarki paling ikonik dalam sejarah Inggris.
Sebagai putri Henry VIII dan Anne Boleyn, ia naik takhta pada 1558 setelah kematian kakaknya, Mary I.
Pemerintahannya selama 45 tahun dikenal sebagai Era Elizabethan, periode yang menandai kebangkitan Inggris di bidang politik, budaya, dan ekonomi, termasuk munculnya penjelajah besar dan kemajuan sastra dengan figur seperti William Shakespeare.
Baca Juga: Timnas Wanita Afghanistan untuk Pertama Kalinya Ikut Ajang FIFA Internasional
Elizabeth I memerintah dengan strategi cerdik, mengedepankan keseimbangan kekuatan dan aliansi internasional demi kepentingan Inggris.
Salah satu langkah paling terkenal adalah hubungannya dengan Kekaisaran Ottoman, yang saat itu dipimpin oleh Sultan Selim II dan kemudian Sultan Murad III.
Inggris menghadapi ancaman dari Spanyol dan negara Katolik lainnya, sehingga Elizabeth melihat pentingnya menjalin hubungan dengan kekuatan non-Kristen seperti Ottoman sebagai strategi politik dan ekonomi.
Baca Juga: Butuh Udara Segar? Ini 10 Destinasi Wisata Hijau Dekat Jakarta untuk Weekend Santai
Hubungan Diplomatik dan Perdagangan
Aliansi Elizabeth dengan Ottoman berfokus pada perdagangan dan pertukaran diplomatik.
Pada 1570-an, Inggris membuka jalur dagang resmi dengan Kekaisaran Ottoman, yang dikenal sebagai Levanten Company.
Melalui aliansi ini, Inggris dapat mengimpor barang-barang berharga seperti sutra, rempah-rempah, dan produk Timur Tengah lainnya, sekaligus mengurangi dominasi dagang Spanyol dan Venesia.
Baca Juga: Promedia Gelar Mediapreneur Talks 2025 di Surabaya, Dorong Media Adaptif Hadapi Tantangan Digital
Selain perdagangan, hubungan ini juga bersifat diplomatik dan militer.