Berasal dari Jawa Tengah, sambal tumpang dibuat dari tempe semangit (fermentasi tempe yang dibiarkan agak lama) dan cabai.
Sambal ini sering disajikan dalam upacara tradisional, seperti slametan dan hajatan.
Menurut catatan sejarah lisan, sambal tumpang pernah menjadi sajian keraton sebagai pelengkap makanan rakyat
Rasanya yang gurih dan fermentatif dipercaya mewakili filosofi kesederhanaan yang kaya makna.
3. Sambal Matah – Kesegaran dari Budaya Bali
Sambal matah adalah sambal mentah khas Bali yang menggunakan bahan segar seperti bawang merah, cabai rawit, serai, jeruk limau, dan minyak kelapa.
Dalam budaya Bali, sambal ini tak hanya sebagai pelengkap, tapi bagian dari persembahan dalam tradisi keagamaan.
Sambal matah memiliki makna kesucian dan keseimbangan rasa, dan sering dihidangkan dalam upacara adat bersama dengan lawar dan ayam betutu.
4. Sambal Dabu-Dabu – Pedas Segar dari Sulawesi Utara
Dabu-dabu adalah sambal khas Manado yang bercita rasa segar karena dominan menggunakan bahan mentah seperti tomat, bawang merah, cabai, dan perasan jeruk lemon cui.
Sambal ini merepresentasikan karakter masyarakat Minahasa yang terbuka dan ekspresif.
Dalam sejarahnya, dabu-dabu muncul sebagai pendamping utama ikan bakar dalam tradisi kuliner laut masyarakat Sulawesi Utara sejak zaman kolonial Belanda.
5. Sambal Lado Mudo – Warisan Minangkabau yang Sarat Makna
Sambal lado mudo (sambal hijau) adalah sambal khas Minangkabau yang dibuat dari cabai hijau dan tomat.
Ia tak hanya jadi pelengkap rendang dan ayam pop, tapi juga punya filosofi dalam adat Minang.