Diriwayatkan dari Abdullah ibnu Mas'ud radhiyallahuanhu yang mengatakan bahwa ketika ia sedang berjalan mengiringi Rasulullah SAW di sebuah lahan pertanian di Madinah, Nabi SAW bertemu dengan sejumlah orang Yahudi. Sebagian dari mereka mengatakan kepada sebagian yang lain, "Tanyailah dia oleh kalian tentang ruh." Sedangkan sebagian lainnya mengatakan, "Janganlah kalian bertanya kepadanya.
Akhirnya mereka bertanya kepada Nabi SAW tentang ruh. Untuk itu mereka berkata, "Hai Muhammad, apakah ruh itu?" Saat itu Nabi SAW masih tetap bertopang pada pelepah kurmanya seraya berdiri.
Ibnu Mas'ud merasa yakin bahwa saat itu Nabi SAW sedang menerima wahyu. Setelah itu Nabi SAW membacakan firman yang baru diturunkan itu, yakni: Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah, "Ruh itu termasuk urusan Tuhanku, dan tidaklah kalian diberi pengetahuan melainkan sedikit.” (Al-Isra: 85) Maka berkatalah sebagian dari mereka kepada sebagian yang lain, "Telah kami katakan kepada kalian, janganlah kalian bertanya kepadanya." (HR Imam Bukhari dan Muslim).
Dari penjelasan ayat di atas, menegaskan bahwa hanya Allah sajalah yang mengetahui ruh dan hal itu termasuk sesuatu yang sengaja hanya diketahui oleh-Nya, tidak untuk manusia.
Manusia hanya diberikan sedikit pengetahuan mengenai ruh. Berkaitan hal tersebut, ada hadits Nabi mengenai perjalanan ruh manusia.
Dari Al-Barra ibnu Azib yang mengatakan, "Kami berangkat bersama Rasulullah Saw. untuk melayat jenazah seorang Ansar. Setelah kami sampai di kuburnya, si jenazah masih belum dimasukkan ke liang lahadnya.
Maka Rasulullah Saw. duduk, dan kami duduk di sekitarnya, saat itu di atas kepala kami seakan-akan ada burung.
Pada waktu itu tangan Rasulullah Saw memegang setangkai kayu yang beliau ketuk-ketukkan ke tanah, lalu beliau mengangkat kepala dan bersabda, 'Mohonlah perlindungan kepada Allah dari azab kubur,' sebanyak dua atau tiga kali.