JAKARTA INSIDER - Sejarah Islam memiliki cerita yang menggetarkan hati tentang Nabi Ibrahim (AS) yang hampir menyembelih putranya, Nabi Ismail (AS), sebagai perintah langsung dari Allah SWT.
Kisah ini menjadi landasan bagi ibadah kurban yang dilakukan umat Muslim hingga saat ini.
Mari kita menjelajahi peristiwa ini dengan sudut pandang netral dan memahami makna serta signifikansi ibadah kurban dalam Islam.
Cerita dimulai ketika Nabi Ibrahim (AS) menerima wahyu dalam mimpinya.
Dalam mimpi itu, Allah SWT memerintahkan beliau untuk menyembelih putranya yang tercinta, Nabi Ismail (AS), sebagai bentuk pengorbanan dan kesetiaan kepada-Nya.
Baca Juga: Sejarah dan Makna Ibadah Kurban dalam Islam: Ketika Daging dan Darah Tidak Cukup
Pada awalnya, Ibrahim (AS) meragukan mimpinya, mengira itu hanya ilusi atau godaan setan.
Namun, saat mimpi tersebut berulang pada malam berikutnya, ia menyadari bahwa ini adalah perintah langsung dari Allah SWT.
Meskipun penuh cinta dan kasih sayang terhadap putranya, Ibrahim (AS) bersedia tunduk pada perintah Allah SWT.
Ia membawa Ismail (AS) ke puncak Gunung Arafah dengan hati yang berat namun tekad yang kuat.
Ketika tiba di tempat yang ditentukan, Ibrahim (AS) mengungkapkan mimpinya kepada putranya.
Tanpa ragu atau keberatan, Nabi Ismail (AS) dengan tulus menerima keputusan Allah SWT dan meminta agar tangannya dan kakinya diikat agar tidak bergerak, serta meminta ayahnya untuk membatasi penglihatannya agar tidak melihatnya dalam penderitaan.
Baca Juga: Universitas Muhammadiyah Tangerang adakan silaturahim dan pengajian Biro Lembaga Badan dan Unit
Dengan hati bergetar dan penuh penyerahan, Ibrahim (AS) memenuhi permintaan putranya.
Artikel Terkait
Universitas Muhammadiyah Tangerang adakan silaturahim dan pengajian Biro Lembaga Badan dan Unit
Sejarah dan Makna Ibadah Kurban dalam Islam: Ketika Daging dan Darah Tidak Cukup
Harga Kurban 2023: Pilihan Hewan Kurban dan Kisaran Harganya
Muhammadiyah Usulkan Liburan Idul Adha Dua Hari: Khusus Jika Ada Perbedaan
Anggota DPR Fraksi PKS komentar sarapan Haji tidak layak, aktivis NU: DPR yang usulkan sarapan dihapus!