Nama-nama yang bukan berasal dari toponimi Turki diperintahkan untuk menggantinya dengan nama belakang yang berbau Turki.
Di parlemen, Mustafa Kemal Ataturk menyebut dirinya sebagai Ataturk, yang berarti Bapak Turki.
Program penggantian nama belakang ini bertujuan untuk menekan orang-orang dari Suku Armenia, Yunani, dan Kurdi.
Pemerintah pun tidak mau mendaftarkan nama-nama orang yang berakhiran dengan "yang, of, ef, vis, is, dis, poulos, aki, zde, shvili, madumu, veled, bin".
Semua nama yang berakhiran kata-kata tersebut harus diganti dengan berakhiran "-oğlu" (Lerna Ekmekcioglu, Improvising Turkishness: Being Armenian in post-Ottoman Istanbul (1918–1933), 2010: 169).
Turkifikasi ini sebenarnya memiliki nilai utama, yaitu untuk menyatukan bangsa Turki. Pada tahun 1930-an, muncul program yang disebut Vatandaş Türkçe konuş! (Warga Harus Berbahasa Turki).
Progam ini sebenarnya dicetuskan oleh para mahasiswa Hukum, namun disponsori oleh pemerintah.
Program ini ditujukan untuk menekan orang-orang yang berbahasa non-Turki untuk berbicara dalam bahasa Turki (Hans-Lukas Kieser, ed., Turkey beyond nationalism: towards post-nationalist identities, 2006: 45).
Artikel Terkait
Sejarah singkat Haseki Hurrem Sultan, wanita paling kuat dan berpengaruh era Kekaisaran Ottoman
Sejarah singkat Sulaiman Al Qonuni, berjaya di era Ottoman sebarkan Islam hingga ke pelosok Eropa
Sejarah singkat Kossem Sultan wanita terkuat Ottoman memerintah selama 30 tahun hingga akhir hidup yang tragis
Fakta sejarah Sultan Orhan Ghazi, Sultan Ottoman yang dicintai orang Kristen hingga toleransi Iznik
Yuk intip resep Baklava Kue kesukaan para Sultan Ottoman Turki yang easy dan praktis!