Renungan Jumat: Paradok Beragama di Indonesia: Religiusitas Tinggi, Angka Korupsi Juga Tinggi

photo author
- Jumat, 3 Januari 2025 | 11:13 WIB
Ahmad Muttaqin Sekretaris Majelis Diktilitbang PP Muhammadiyah melihat ada paradoks di Indonesia antara nilai religiusitas dan budaya korupsi.  (Muhammadiyah)
Ahmad Muttaqin Sekretaris Majelis Diktilitbang PP Muhammadiyah melihat ada paradoks di Indonesia antara nilai religiusitas dan budaya korupsi. (Muhammadiyah)

JAKARTA INSIDER - Indeks religiusitas warga negara Indonesia masih tinggi, pasalnya sebesar 98 persen mengaku agama penting bagi kehidupan. Akan tetapi di waktu yang sama, persentase indeks korupsi di Indonesia juga tinggi.

Paradok itu disampaikan oleh Ahmad Muttaqin dalam Pengajian Ramadan 1445 H yang diselenggarakan oleh Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) pada awal 2024.

Menurut Sekretaris Majelis Diktilitbang PP Muhammadiyah ini, agama bagi warga Indonesia masih sebatas kulit yang dangkal dan belum sampai menjadi wawasan dan pedoman hidup.

Baca Juga: Seperti Polisi dan Jaksa, ASN Eselon II ke Atas Jadi Pegawai Pusat, Bisa Dirotasi Secara Nasional Bila Revisi UU 20 Tahun 2023 Disetujui pada 2025

“Praktik beragama pada warga di Indonesia masih sebatas heaving religius, belum sampai pada being religius,” katanya.

Muhammadiyah Bangun Kerja Sama dengan Lembaga Bahasa Arab Saudi
Pemetaan Ibadah dan Pemahaman tentang Bid’ah

Hal itu dibuktikan dengan kontradiksi dari data tentang besaran persentase religiusitas dan indek korupsi di Indonesia yang nyaris sama. Selain itu, praktik beragama di Indonesia juga sebatas transaksional.

Baca Juga: Usai bernasib sama dipecat oleh Partai PDIP, Effendi Simbolon sambangi kediaman Joko Widodo di Solo, apa yang dibahas?

“Orang beragama di Indonesia juga masih memperhatikan supply and demain,” ungkap Muttaqin.

Realitas itu dapat dijumpai pada kelompok beragama baru yang berada pada kelas ekonomi menengah ke atas. Pada kelompok ini, agama terasa sangat transaksional dengan adanya jual beli doa diantaranya.

Paradok lain juga terjadi di internal umat Islam. Dalam relasi kelompok internal Islam, terdapat kelompok yang toleran terhadap agama lain tetapi intoleran terhadap sesama umat beragama Islam.

Baca Juga: Mahkamah Konstitusi resmi menghapus sistem Presidential Threshold, ini poin penting terkait ambang batas pencalonan Presiden

Kenyataan itu menjadi tantangan yang dihadapi oleh gerakan keagamaan, seperti Muhammadiyah. Tantangan saat ini semakin kompleks, maka Muttaqin menyarankan supaya budaya masa lalu di Muhammadiyah dibangun kembali.

Budaya beragama di Muhammadiyah ditampilkan dalam praktik-praktik, agama tidak sebatas pada skriptualis.

Beragama yang bijak tidak hanya dilakukan secara organisasi, tapi juga pada pribadi tokoh-tokohnya. ***

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Kasan Mulyono

Sumber: Muhammadiyah

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

9 jenis jin dan tugasnya, yuk simak apa saja

Selasa, 9 Desember 2025 | 18:31 WIB
X