JAKARTA INSIDER - Beberapa kalangan orientalis kolonial pernah mengemukakan pandangan kontroversial bahwa Nabi Muhammad Saw adalah seorang "ummiy," artinya seseorang yang tidak bisa membaca dan menulis.
Namun, mayoritas ulama telah memberikan klarifikasi tentang konsep ini, menegaskan bahwa Nabi Muhammad Saw adalah seorang ummiy dalam konteks tertentu.
Pandangan bahwa Nabi Muhammad Saw adalah seorang yang bisa membaca dan menulis atau "ummiy" yang tidak memiliki kemampuan membaca dan menulis adalah salah satu perdebatan yang telah berlangsung selama beberapa abad.
Baca Juga: Muhammadiyah lewati jalur sulit hingga pegunungan demi sampaikan bantuan untuk korban gempa Maroko
Pendapat bahwa Nabi Muhammad Saw adalah seorang ummiy yang tidak bisa membaca dan menulis dianggap oleh sebagian kalangan orientalis kolonial sebagai upaya untuk meragukan keilahian Al Quran dan mengklaim bahwa itu adalah hasil karya manusia.
Dalam pandangan Mayoritas ulama, istilah "ummiy" merujuk pada fakta bahwa Nabi Muhammad Saw tidak menerima pendidikan formal dalam membaca dan menulis.
Ini tidak mengurangi status kenabian beliau.
Baca Juga: Konflik di Pulau Rempang, PP Muhammadiyah kecam penggusuran masyarakat demi proyek besar
Sebaliknya, hal ini merupakan salah satu mukjizatnya yang menunjukkan bahwa Nabi Muhammad Saw adalah seorang yang terpilih oleh Allah untuk menyampaikan wahyu-Nya kepada umat manusia.
Menurut Cecep Taufiqurrahman, Wakil Sekretaris I LP2PPM, mayoritas ulama sepakat bahwa Nabi Muhammad Saw adalah seorang individu yang tidak memiliki kemampuan membaca dan menulis saat dilahirkan oleh ibunya.
Kemampuan beliau untuk mengulangi Al Quran dengan sangat teratur, tepat, dan tanpa kesalahan adalah salah satu mukjizatnya.
Baca Juga: Muhammadiyah meninjau pemanfaatan digitalisasi untuk menguatkan kedaulatan aplikasi di Indonesia
Dalam Surah Al-A'raf, Allah menggambarkan Nabi Muhammad sebagai "Nabi yang ummiy," yang diberikan mukjizat berupa Al Quran.
Ini menegaskan keagungan wahyu ilahi dan kemampuan Rasulullah sebagai penyampai utama pesan Allah kepada manusia.
Artikel Terkait
Anies dan Muhaimin bersatu, akademisi anggap ini sebagai lambang persatuan Muhammadiyah dan NU
Muhammadiyah meninjau pemanfaatan digitalisasi untuk menguatkan kedaulatan aplikasi di Indonesia
Konflik di Pulau Rempang, PP Muhammadiyah kecam penggusuran masyarakat demi proyek besar
Muhammadiyah lewati jalur sulit hingga pegunungan demi sampaikan bantuan untuk korban gempa Maroko