JAKARTA INSIDER – Inilah pengalaman Adeliana, seorang ibu muda yang berjuang mengejar pertumbuhan anaknya yang mengalami stunting.
Adeliana yang kini berusia 33 tahun, membagikan pengalaman sekaligus perjuangannya saat melewati masa-masa sulit setelah mendapati vonis stunting untuk putri bungsunya dari dokter.
Vonis stunting tentu mengejutkan, mengingat selama ini keluarga mereka boleh dibilang berkecukupan. Namun, ternyata penyebab stunting yang dialami putrinya bermula saat dia masih berada dalam kandungan.
Baca Juga: Pembakaran Alquran di Swedia, DPR minta Menlu RI protes dan panggil Dubes Swedia di Jakarta
Atas izin redaksi KlikDokter, kisah Adeliana sengaja dibagikan kepada pembaca setia JAKARTA INSIDER untuk diambil ilmu dan hikmahnya.
Kisah ini bermula dari sebuah kesempatan kontrol putri bungsuku, dokter anak memberikan kabar yang bikin aku dan suami syok. Anakku mengalami stunting.
"Ini anaknya stunting, Bu. Karena berat dan tinggi badannya jauh banget dari anak-anak normal," ucap dokter waktu itu.
Rasanya seperti disambar geledek. Aku sama sekali tidak menyangka. Stunting adalah kondisi gangguan pertumbuhan anak.
Baca Juga: Banjir Rob terjadi berulang di Demak, DPR minta Pemerintah Pusat dan daerah kolaboratif
Padahal, menurutku, perkembangan anak kami tampak baik-baik saja. Di usia 11 bulan, ketika didiagnosis stunting, ia sudah bisa berjalan selangkah, dua langkah.
Apalagi perkembangan kemampuannya juga seperti anak-anak sehat kebanyakan. Hanya saja, pertambahan berat badannya memang "irit".
Ketika memasuki usia 8-11 bulan, bobot anakku cuma bertambah 100-220 gram. Pernah tidak naik sama sekali. Di usia 11 bulan, berat badannya hanya 6,5 kg dengan tinggi 65 cm.
Aku heran kenapa si bungsu bisa stunting. Padahal, dua kakaknya tumbuh dengan berat normal.