“Salah satunya hanyalah ambang stress yang lebih rendah, di mana seseorang mungkin mudah stress, katakanlah sebelum rapat penting, presentasi, negosiasi, dll,” ujar Harini Ramachandran
“Jika stress di tempat kerja hampir merupakan pengaturan "default", itu adalah perbaikan yang mudah,” tutur Harini Ramachandran.
Baca Juga: Menpora baru, Dito Ariotedjo bicara soal sanksi FIFA pasca Indonesia batal jadi tuan rumah U-20
“Namun yang kedua, adalah jenis stress yang berasal dari ruang yang dalam dan intuitif di mana seseorang menyadari dinamika yang berubah dan ketakutan bahwa mereka mungkin terhenti dalam karir nya, kehilangan keunggulan, atau tidak lagi tetap luar biasa,” ucap Harini Ramachandran.
Harini Ramachandran merekomendasikan untuk mengatasi ini, seseorang perlu dilengkapi dengan kemampuan superior seperti kecerdasan prediktif dan banyak lagi.
Harini Ramachandran menambahkan untuk membantu orang-orang ini, lihat apa yang membuat mereka unik.
Menurut Harini, lihat juga percikan kecemerlangan apa saja yang sudah mereka miliki dan bantu mereka mendapatkan suatu hal tertentu yang hilang untuk melengkapi kelangkaan unik mereka.
“Sebagai konsekuensi langsung, mereka menjadi benar-benar tak tergantikan dalam karir mereka,” kata Harini Ramachandran.
“Berputar ke liga besar dan berkembang dengan bahagia di semua aspek kehidupan mereka: karir, kesehatan, keluarga, dan warisan (dampak jangka panjang),” ujar Harini Ramachandran.***
Artikel Terkait
Cara sel kanker bermigrasi ke otak, berikut penjelasan studi, Yuk simak!
Apa itu penyakit katarak pada mata dan cara mengobatinya menurut ahli mata, dr. Siddhi Goel
Apa saja yang bisa memicu resistensi antibiotik, yuk simak penjelasan studi berikut ini!
Cara meminimalisir persaingan anak antara saudara kandung mereka, berikut tips dari terapis anak!
Ada istilah emosi rendah, apa itu? Berikut penjelasan dan cara mengatasinya menurut pendapat ahli!