Sedikitnya setiap desa mendapatkan anggaran dari pemerintah sejumlah 1-1,5 miliar rupiah. Jumlah tersebut jika terlalu lama dikelola oleh orang yang sama maka berpotensi menimbulkan dampak negatif yang lebih besar.
"1-1,5 miliar itu paling minimal. Kalau di desa-desa di Jawa, seperti Jateng dan Jatim itu bisa sampai 3-3,5 miliar. Itu kan sumber daya yang besar bagi desa belum lagi ada tanah desa sebagai aset, yang menjadi salah satu tunjangan bagi yang menjabat," ungkapnya.
Menurutnya, seseorang yang memimpin satu teritori yang lama itu tidak akan baik.
Belum lagi jika dibandingkan dengan masa jabatan kepemimpinan di atasnya, seperti kabupaten, provinsi, dan presiden, penambahan jabatan ini menurutnya justru akan menyeret kepada isu politik lain, misalnya isu tiga periode.
"Kalau kita bandingkan dengan kepemimpinan di atasnya ini sangat jomplang," jelas dia.***
Artikel Terkait
Desa Tesla, terpencil di pegunungan Cina gunakan mobil produk Elon Musk, hemat bahan bakar
Gunakan jalur darat, Tim Brimob Polri berhasil menembus desa yang terisolir akibat gempa Cianjur
TGB M Zainul Majdi masuk Perindo, bisa terjadi bedol desa kader parpol lain
BMKG dorong Pemkab Cianjur relokasi 9 desa yang berada di patahan Sesar Cugenang, sesar masih aktif
Heru Budi Hartono: Tunggu arahan Kemendagri, baru Pemprov DKI terbitkan aturan turunan dari pencabutan PPKM
Keren! Mahasiswa KKN Terpadu Universitas Mataram membina masyarakat Desa Mekar Sari membuat sirup gula aren
Unjuk rasa ribuan kepala desa se Indonesia, DPR buka ruang dialog tanggapi tuntutan revisi UU Desa