JAKARTA INSIDER - Presiden Rusia, Vladimir Putin, mendapat gelar yang cukup horor, yakni 'kepala pengusir setan'.
Penobatan ini diberikan kepada Vladimir Putin oleh Gereja Ortodoks Rusia pada Oktober 2022 silam.
Hal ini dikarenakan muncul anggapan kalau invasi Rusia di bawah komando Vladimir Putin ke Ukraina bukan hanya soal ideologi, tapi juga perjuangan spiritual.
Baca Juga: Korban tewas di Dnipro Ukraina bertambah jadi 40 orang, Rusia bilang tak ada niat menyerang
Dilansir JAKARTA INSIDER dari laman Newsweek (17/1/2023), Kepala Gereja Ortodoks Rusia, Patriark Kirill, mengatakan bahwa Putin sedang berperang melawan manifestasi globalisme dan nama orang yang mengklaim kekuatan global akan dikaitkan dengan akhir dunia.
Saat menyerang Ukraina pada 24 Februari 2022, Vladimir Putin menggunakan istilah 'denazifikasi', (membasmi pengaruh gerakan NAZI)
Namun istilah itu kemudian diubah oleh Dewah Keamanan Rusia menjadi frasa, 'desatanisasi'.
Baca Juga: Berlutut meminta maaf, Ferry Irawan sampaikan surat penuh haru untuk Venna Melinda, akui khilaf
Menurut Asisten Sekretaris Keamanan Federasi Rusia, Aleksey Pavlov, penggunaan istilah 'desatanisasi' karena adanya ratusan sekte di Ukraina yang telah meninggalkan nilai-nilai Ortodoks.
"Saya percaya bahwa, dengan berlanjutnya operasi militer khusus, semakin mendesak untuk melakukan desatanisasi Ukraina," kata Pavlov.
Ia juga menuduh Ukraina menggunakan manipulasi internet dan psikoteknologi, dimana rezim baru mengbah negara teresebut dari berdaulat menjadi hipersek totaliter.
Pavlov mengatakan dia sangat prihatin tentang "Gereja Setan (Church of Satan)" yang diduga "menyebar di seluruh Ukraina".
Artikel Terkait
Lirik lagu I Draw My Life by Ameli yang menyentuh untuk perdamaian Ukraina dan Rusia
Gawat! titik lemah Ukraina berhasil dieksploitasi oleh Rusia
Sekretaris Dewan Keamanan Rusia ungkapkan musuh terbesar Rusia bukan Ukraina, tetapi Inggris dan AS
Nikolai Patrushev: Petuah negara pecahan Uni Soviet tak boleh membenci Ukraina, Rusia hanya perangi barat
Korban tewas di Dnipro Ukraina bertambah jadi 40 orang, Rusia bilang tak ada niat menyerang