Pemilu 2024 dan Indonesia ke depan tidak mengalami lagi pembelahan politik yang menghadap-hadapkan antar kekuatan bangsa.
"Maka kearifan elite di tubuh bangsa ini, mari kita produksi sikap dan pernyataan dan berbagai narasi, bahkan relasi justru kita menciptakan dinamika bangsa ini menciptakan dinamika politik tetap satu sama lain tetap toleran dalam perbedaan politik. Bahkan tidak jadi masalah siapapun yang berkontestasi," harap Haedar.
Lebih detail Haedar menyebutkan bahwa, produksi isu-isu dan pernyataan termasuk sikap yang berisi energi positif tidak perlu menunggu 2024, tetapi bisa dimulai pada 1 Januari 2023.
Oleh karena itu dibutuhkan jiwa kenegarawanan dari semua pihak, lebih-lebih elite untuk menahan diri.
Rivalitas dalam Pemilu 2024 merupakan suatu yang wajar, apabila masih dalam koridor dan kondisi yang fair. Sehingga ketika siapapun yang menang semua bisa legowo, dan yang kalah juga tidak menjad jatuh diri.***
Artikel Terkait
Pertemuan Susilo Bambang Yudhoyono dan Salim Segaf Al Jufri di Cikeas ikut bahas penundaan pemilu
Mendekati pemilu 2024, ini pesan partai Demokrat kepada panglima TNI yang baru
Perbedaan Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah dalam Fiqih
Banyak kasus perkawinan beda agama di PN, HNW: MUI dan Muhammadiyah tak perbolehkan perkawinan beda agama!
Sejarah singkat pendirian dan perkembangan Muhammadiyah
Terkuak alasan PPP Bangka Belitung dukung Ganjar Pranowo jadi calon presiden Pemilu 2024
Disebut kader NU sejak kecil, Ulama PPP doakan Mahfud MD melenggang jadi Capres pada Pemilu 2024
Hamzah Haz galau hati akan nasib PPP di Pemilu 2024, elektabilitasnya masih rendah
Amien Rais: Pasca Pemilu 2024, Jokowi bisa menjadi Guru Bangsa