Jika semasa hidup saya tidak melakukannya, nanti sepeninggal saya, boleh jadi semua harta akan diambil untuk mereka. Mereka hanya menyisakan sehelai kain kafan dan tiga lembar papan kerenda.” Ujar sang bapak menirukan omongan ustaz tersebut.
“Oleh karena penilaian miring yang diberikannya kepada anak-anak saya, yang seakan-akan sangat rakus, dan akan mengambil semua harta saya, saya menjadi kurang simpati terhadap omongan ustaz itu. Saya menolak mentah-mentah semua sarannya. Bahkan, saya nyaris mengusirnya dari kediaman saya.
Saya tidak menyangka, gempa dahsyat dan gelombang tsunami datang begitu cepat dan merebut semua yang saya miliki.
Saya menangis bukan karena isteri dan anak-anak saya meninggal dalam musibah ini, karena saya tahu bahwa itu adalah ujian Allah. Saya juga tidak menangis karena harta saya semuanya musnah, karena semua itu adalah milik Allah.
Yang saya tangisi adalah kesempatan saya yang telah melayang tanpa jejak," ujar bapak paruh baya mengisahkan pengalamannya kepada penutur cerita.
Lanjut si bapak, semasa kaya dulu saya tidak sempat menginfakkan sedikit pun harta saya.
"Setiap terjadi pertambahan jumlah kekayaan, saya memperluas bidang investasi.
Saya sangat ingin berinfak..sungguh sangat ingin.. tetapi, saya mau menginfakkan apa sekarang?” mata bapak berusia 60-an itu kembali berkaca-kaca.
Tidak saya (penulis) sadari, beberapa tetes air mata juga mengalir di pipi saya.***
Artikel Terkait
Chef Arnold kebingungan mencari Kaesang yang mendadak menghilang setelah 2 minggu menikah. Ada apa gerangan?
Siswono Yudo Husodo mundur dari Partai NasDem!
Bertolak belakang dengan Kaesang, wanita ini bongkar kebiasaan unik Erina Gudono, tak ada yang tau
Gerilya politik PPP ke Bangka Belitung, masuk kandang Banteng Hitam Moncong Putih
Bukti Erina Gudono pantas jadi menantu Presiden Jokowi diungkap wanita ini: Tak hanya smart, tapi juga....