Hal ini seperti terjadi dalam bencana gempa bumi di Cianjur, Senin lalu.
“Di area rawan bencana, seperti di Cianjur, pada jam 13.00, terutama di perdesaan, umumnya anak-anak sedang terkonsentrasi di sekolah-sekolah, madrasah, dan pesantren. Sedangkan, manula, difabel, dan perempuan, sedang berada rumah. Sementara, laki-laki di ladang, sawah, atau bekerja di luar ruang atau bangunan. Oleh karena itu, anak-anak, bersama difabel, manula, dan perempuan, menjadi lebih rawan terdampak,” kata Dini.
Untuk itu, lanjut dia, Plan Indonesia mendesak program-program tentang kesiapsiagaan bencana melalui sekolah, lembaga-lembaga masyarakat, seperti karang taruna, makin diperkuat implementasinya oleh pemerintah, terutama di daerah yg teridentifikasi rawan bencana, seperti di Cianjur.
Selain itu penting dipastikan bahwa sekolah dan bangunan di daerah-daerah ini pun tahan bencana. Program urban nexus dan sekolah tangguh bencana, yang selama ini sudah banyak diinisiasi oleh berbagai lembaga sosial kemasyarakatan, termasuk Plan Indonesia, dapat menjadi prioritas di daerah rawan bencana dan direplikasi serta diperkuat pelaksanaannya oleh pemerintah.
Menurut data terakhir BNPB, Selasa (22/11), hingga pukul 12.00, selain mengakibatkan kematian, masih ada 25 orang yang dilaporkan hilang, 362 orang luka ringan hingga berat, 3.137 rumah rusak ringan, sedang, dan berat, serta 7.060 orang mengungsi.***
Artikel Terkait
Penyakit mulut dan kuku pada hewan ternak. Mengenali gejala dan cara mengatasi
Kadisdik Jabar meninjau langsung sekolah terdampak gempa Cianjur, ingatkan 3 pola proses pembelajaran
Keseleo apakah boleh dipijat? Begini cara mengobati yang benar
Lezat tiada tanding, resep rendang nangka muda dengan bumbu meresap, awas bikin nasi cepat habis
Tak kalah dengan daging, simak resep rendang jengkol dengan cita rasa khas menggugah selera makan