JAKARTA INSIDER – Pemerintah hingga saat ini masih berjibaku mengentaskan masalah penyakit mulut dan kuku (PMK) pada ternak. PMK disebabkan oleh virus yang bersifat merusak jaringan sel hewan ternak.
Tercatat hingga November 2022, PMK masih tersebar di 26 provinsi di tengah ada target "zero case"di Indonesia pada akhir 2022.
Penyakit itu ditemukan kembali di Indonesia pertama kali di Provinsi Jawa Timur pada 5 Mei 2022. Satgas Penanganan PMK mengidentifikasi jenis ternak yang tertular penyakit itu, antara lain, sapi, kerbau, domba, kambing dan babi.
Baca Juga: Hanya ada di Madura, Kucing Busok dikenal mistis dan dipercaya membawa nasib baik
Kerugian dari dampak penyakit PMK bukan hanya dirasakan oleh peternak, namun juga dapat dirasakan oleh masyarakat luas. Oleh karena itu, edukasi mengenai penyakit mulut dan kuku pada hewan ternak ini penting dimiliki.
“Penyakit PMK merupakan penyakit akut, cepat, mendadak kemudian sangat menular dan sangat infeksius. Bisa mengenai ruminansia, babi, dan juga sejenis rusa,” ujar Prof. drh. R. Wasito, M.Sc., Ph.D., Dosen FKH UGM, dikutip dari laman UGM.
Karena selain dapat menginfeksi hewan ternak ruminansia virus juga dapat menginfeksi rusa, Menurut informasi yang diterima, PMK sudah menyebar ke 15 provinsi dalam waktu yang cepat. Virus ini memiliki waktu inkubasi dalam kurun waktu 2-14 hari.
Baca Juga: Indonesia targetkan 'zero case' Penyakit Mulut dan Kuku pada akhir 2022
Gejala PMK
Dalam beberapa kasus, tanda gejalanya sudah muncul dalam waktu kurang dari 24 jam setelah virus menginfeksi. Virus ini akan berkembang dalam jaringan faring, kulit, dan menyebar keseluruh tubuh melalui sirkulasi darah kemudian akan terbentuk lepuh pada faring.
“Gejala awal akut yaitu hipersalivasi (saliva berlebih), sapi tampak tidak bahagia, demam, dan nafsu makan menurun. Kalau gejala sudah kronik akan terbentuk lepuh, erosi, dan mengelupas,” ungkap Wasito.
Walaupun banyak sumber yang menyatakan penyakit ini tidak menular ke manusia, tetapi ditemukan beberapa kasus penularan ke manusia. Yaitu pada tahun 1834, manusia terinfeksi dari meminum susu sapi yang terinfeksi PMK serta pada tahun 1966 yang tercatat menjadi kasus infeksi FMK terakhir pada manusia.
Baca Juga: Mentan RI, tidak ada kelangkaan dan kekurangan beras, stok beras nasional surplus
Vaksin sebagai upaya pencegahan