Salah satu kader PPP yang juga mantan Duta Besar Indonesia untuk Azerbaijan, Husnan Bey Fanani mengkritik salah strategi pengurus partai saat ini yang membuat elektabilitas PPP anjlok.
Cucu pendiri Pondok Modern Darussalam Gontor (PMDG) itu menyebut basis suara pemilih PPP berada di daerah, khususnya di pesantren.
"Maka faktor pesantren dan manusia mukmin di daerah itu menjadi sumber (suara partai) di daerah. Tapi mereka hanya didatangi ketika mendekati pemilu," ujar Husnan Bey Fanani.
Husnan Bey Fanani.menyebut PPP pernah menjadi partai Islam terbesar di dunia dengan jumlah pemilih mencapai 38 juta.
Tingginya jumlah pemilih itu lantaran partai tidak pilih-pilih dalam merangkul organisasi Islam seperti Nahdlatul Ulama hingga Masyumi.
Baca Juga: Rekomendasi 10 game edukasi anak platform Android, mendidik dan bikin anak pintar
Namun, Husnan Bey Fanani. menyebut PPP sekarang seperti kehilangan identitasnya hingga ditinggal oleh pemilihmya.
"Kita doakan tidak hilang PPP di 2024," kata Husnan Bey Fanani.
Pengamat politik Universitas Pramadina, Hendri Satrio mengatakan PPP saat ini tidak lagi terlihat militan seperti sebelumnya.
“PPP makin lama tidak terlihat lebih militan dibanding partai Islam lainnya. Kedua, memang faktor korupsi yang pernah mendera para ketua itu berpengaruh, secara gamblang berpengaruh terhadap pemilih Islam, kan seperti jadi tradisi tuh korupsi Ketum PPP, makanya pemilih Islam memilih partai Islam itu pilihannya banyak, ada PKS, PAN, PKB, sekarang malah ada Partai Ummat,” ujar Hendri Satrio, dikutip JAKARTA INSIDER dari laman Universitas Al Azhar Indonesia (25/10/2020)
“Jadi banyak pilihannya Kalau PPP tidak membuat variasi yang memang berbeda dan disukai rakyat, minimal rakyat ingat, PPP itu akan susah,” lanjut Hendri Satrio.***