politika

Komite Persahabatan Rakyat Indonesia – Rusia dukung multipolarisme jadi basis tatanan dunia masa depan

Senin, 19 Desember 2022 | 22:02 WIB
Duta Besar Rusia untuk Indonesia Lyudmila Vorobieva bersama Komite Persahabatan Rakyat Rusia dan Indonesia di Jakarta, Senin (19/12/2022). (istimewa)

JAKARTA INSIDER - Sudah saatnya multipolarisme harus menjadi basis dalam relasi antara negara di masa depan. Sehingga tidak boleh ada satu negara yang memaksakan nilainya kepada negara lain.

Untuk itu, unipolarisme yang terjadi selama ini harus segera ditinggalkan, karena hanya menguntungkan negara tertentu yang sering menerapkan standar ganda.

Hal itu terungkap dalam pertemuan Duta Besar Rusia untuk Indonesia, Lyudmila Vorobieva dengan Ketua Komite Persahabatan Rakyat Rusia dan Indonesia, Joko Purwanto di Jakarta, Senin (19/12/2022).

Baca Juga: Benarkah makan tahu dan tempe berbahaya untuk asam urat? Ini kata dr Zaidul Akbar

Dalam pertemuan itu, Lyudmila mengungkapkan, dunia barat selalu memaksakan nilai-nilai yang belum tentu sesuai dengan nilai yang hidup di berbagai negara.

Dunia Barat, tegasnya, menentukan standar demokrasi dan hak asasi yang sesuai dengan kepentingannya sendiri, sehingga menjadi penafsir tunggal keadilan.

Menurutnya, standar nilai Barat itu dilakukan melalui propaganda yang sangat masif melalui media, sehingga menjadi nilai yang menjadi standard dan sekaligus menghancurkan nilai yang hidup di berbagai negara, sesuai dengan karakter negara masing-masing.

Baca Juga: Waspadai 5 ciri asam urat pada kaki, nomor 3 sering diremehkan

Dia menegaskan, praktik propaganda seperti itu tidak lebih dari teroris informasi.

Rusia menolak neo kolonialisme yang selama ini sudah menghancurkan dunia.

Operasi Militer Khusus Rusia di Ukraina sebenarnya bagian dari upaya Rusia mencegah ancaman dari luar, karena Ukraina menjadi alat Barat mengancam kedaulatan Rusia melalui pengerahan militer, peralatan perang, tentara, intelijen dan senjata.

Hal itu tampak dari tindakan negara barat, yang di satu sisi mendukung kebijakan satu China, tetapi di sisi lain memberikan dukungan kepada Taiwan.

Baca Juga: KPK tetapkan hakim yustisial Edy Wibowo sebagai tersangka dalam kasus dugaan suap perkara di MA

Lyudmila mengatakan, dalam konteks Ukraina, media barat menempatkan Rusia sebagai pihak yang seolah menolak berbagai upaya damai dan dialog.

Padahal faktanya, Rusia setidaknya sudah lima kali mengupayakan dialog tetapi upaya seperti itu ditolak, sekaligus menyudutkan posisi Rusia sebagai pihak yang tidak mau berdialog.

Halaman:

Tags

Terkini