Meskipun mengakui adanya tekanan dari Amerika Serikat untuk mencegah Indonesia membeli jet Rusia, Supriyadi menyatakan bahwa Indonesia tidak peduli dengan sanksi tersebut dan yakin bahwa pesawat Rusia akan tetap diantar.
Hal ini menunjukkan adanya dorongan untuk menghindari sanksi internasional.
Selain itu, Supriyadi juga terlibat dalam perjanjian antara Indonesia dan Rosatom untuk membangun pembangkit listrik tenaga nuklir di Kalimantan Barat, yang terletak di sisi barat pulau Kalimantan.
Rosatom adalah perusahaan yang didirikan oleh Presiden Rusia Vladimir Putin sendiri, dan salah satu anak perusahaan Rosatom berada dalam daftar sanksi internasional.
Supriyadi juga terlibat dalam pertemuan antara Menteri Pertahanan Indonesia, Prabowo Subianto, dengan pejabat Rusia untuk memperkuat kerjasama pertahanan dan militer antara Rusia dan Indonesia.
Baca Juga: Miris, Narkoba Masuki Kampus, Jejaringnya Dari Lapas
Setelah menyelesaikan masa jabatannya sebagai Duta Besar Indonesia untuk Rusia, Supriyadi aktif sebagai penulis berita di berbagai media dan menjadi pembicara dalam seminar dan webinar.
Dia bahkan telah menerbitkan buku yang membahas karier diplomatik masa lalunya.
Meskipun masa jabatannya telah berakhir, Supriyadi diberi saran oleh Duta Besar Indonesia untuk Rusia saat ini, Jose Tavares, untuk terus mendukung Rusia.
Supriyadi juga memberikan penjelasan tentang klaim bahwa "Islam memasuki Rusia pertama kali melalui Dagestan" dan terlibat dalam pernyataan yang mendukung Rusia terkait konflik di Ukraina.
Namun, sikap pro-Rusia yang diungkapkan oleh Supriyadi mendapat kritik dari beberapa pihak.
Baca Juga: 13 Ciri orang terkena pelet dan guna-guna menurut Kang Masrukhan, yuk disimak!
Banyak klaim yang diungkapkannya telah dibantah oleh berbagai sumber terpercaya.
Sumber-sumber ini menunjukkan bahwa pandangan Supriyadi cenderung memihak Rusia dan mengabaikan pelanggaran hak asasi manusia yang dilakukan Rusia di Ukraina.