JAKARTA INSIDER - Perhatian publik kini tengah tersedot dengan harta tak wajar yang dimiliki para pejabat yang nilainya cukup fantastis.
Harta tak wajar para pejabat ini menjadi gunjingan para warga net usai kasus penganiayaan keji yang dilakukan oleh Mario Dandy Satriyo, anak dari Rafael Alun Trisambodo mantan pejabat Pajak dengan harta Rp 56,1 miliar.
Kasus harta tak wajar Rafael Alun Trisambodo akhirnya membuka mata publik terbuka dengan dugaan tindak pidana pencucian uang (TPPU) di Kementerian Keuangan yang nilainya sebesar Rp 300 trilun. Hal itu seperti diungkapkan oleh Menkopolhukam Mahfud MD.
Kembali ke kasus kepemilikan harta tak wajar Rafael Alun Trisambonoo, yang membuat masyarakat terperangah, ternyata hartanya begitu berlimpah dengan deposit box puluhan miliar rupiah. Terungkapnya harta sang pejabat pajak sontak membuat banyak pihak kaget sekaligus prihatin.
Tak ayal fenomena gunung es terkait banyaknya aparat sipil negara yang hidup bermewah-mewahan dengan jumlah kekayaan tak wajar, memantik keprihatinan banyak pihak.
Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Dadang Kahmad, mendesak negara perlu bergerak cepat untuk mengusut fenomena pejabat dengan kekayaan tak wajar ini secara jernih dan transparan.
Baca Juga: Pengguna vape bisa percepat proses penuaan dini! begini penjelasan dokter kulit
“Biasanya pejabat itu kan gajinya terbatas. Seorang pejabat negara itu tidak mungkin hartanya milyaran, triliunan. Maka ketika dia mempunyai kekayaan yang nilainya sangat luar biasa, 100 M, 200 M, itu perlu dipertanyakan darimana dapat uang itu. Kalau hibah, warisan, bisnis, maka itu hibah, warisan, dan bisnis apa? harus jelas,” sebutnya, dikutip dari laman Muhammadiyah, Rabu (14/3/2023).
Dalam Catatan Akhir Pekan TvMu, Senin (13/3), Dadang lantas menekankan pentingnya audit dari otoritas berwenang sekaligus melaporkan hasil audit tersebut kepada masyarakat. Asas curiga, kata dia diperlukan dalam hal ini.
“Di Indonesia, gaji (pejabat dan aparat sipil) itu tidak besar, tunjangannya juga. Oleh karena itu ketika pejabat punya harta tinggi dan dipamerkan, itu kan jadi pertanyaan uangnya darimana,” tanyanya.
Menurut Dadang Kahmad, fenomena ini berbanding terbalik dengan keteladanan hidup dari para pendiri bangsa seperti Sjahrir, Haji Agus Salim, dan berbagai tokoh lainnya, termasuk Ir. Sutami yang digelari sebagai menteri termiskin dalam sejarah Indonesia.
“Di pemerintahan Indonesia, dulu ada Haji Agus Salim, Perdana Menteri Sjahrir, lalu ada Ir. Sutami dan lain-lain yang ketika menjabat menahan diri dan tidak kemaruk, karena mereka tahu kekeyaaan yang mereka peroleh dengan jalan yang tidak benar, itu akan membahayakan dirinya, kesehatannya, maupun kehormatannya,” jelas Dadang.