JAKARTA INSIDER - Presiden Perancis, Emmanuel Macron berencana mengunjungi Cina dan bertemu dengan Presiden Cina, Xi Jinping.
Tujuan dari kunjungan ini adalah meminta bantuan Presiden Cina, Xi Jinping untuk dapat mengakhiri perang Rusia - Ukraina. (26/2/23)
Emmanuel Macron mengatakan ia menjadwalkan kunjungannya ke Cina pada April mendatang.
Baca Juga: Menkeu Sri Mulyani meradang lagi, instruksikan Dirjen Pajak bubarkan klub moge
Keputusan ini dibuat Emmanuel Macron setelah Cina mengajukan 12 usulan yang salah satunya adalah menyerukan gencatan senjata.
Sikap Perancis ini berbeda dengan sikap Amerika Serikat dan NATO. Mereka mengerdilkan peran atau diplomasi Cina dalam menyelesaikan perang Rusia - Ukraina.
Sekretaris Jenderal NATO, Jens Stoltenberg, mengatakan Cina tidak dalam posisi yang baik untuk merundingkan diakhirinya perang.
“China tidak memiliki kredibilitas karena mereka tidak dapat mengutuk invasi ilegal Rusia ke Ukraina,” kata Jens Stoltenberg.
Baca Juga: Ternyata kepergian sosok ini yang membuat Natasha Wilona merasakan duka yang teramat dalam
Ditambahkan Jens Stoltenberg, Beijing telah menandatangani perjanjian dengan Putin beberapa hari sebelum invasi, menjanjikan kemitraan tanpa batas.
"Fakta bahwa Cina terlibat dalam upaya perdamaian adalah hal yang baik,” kata Emmanuel Macron, sambil menekankan bahwa perdamaian hanya mungkin terjadi jika agresi Rusia dihentikan, pasukan ditarik, dan kedaulatan teritorial Ukraina dan rakyatnya dihormati.
“Cina harus membantu kami menekan Rusia agar tidak pernah menggunakan senjata kimia atau nuklir … dan menghentikan agresinya sebagai prasyarat untuk pembicaraan,” tambah Emmanuel Macron.
Baca Juga: Arab Saudi bantu dana kemanusiaan bagi Ukraina USD 100 juta
Beijing telah berusaha untuk memposisikan dirinya sebagai pihak netral dalam konflik tersebut. Sekali pun di sisi lain, Cina mempunyai hubungan yang erat Rusia.
Kedua negara ini berhasil membatalkan pernyataan bersama yang mengutuk perang dalam pertemuan G20 di India baru-baru ini.