Untuk mendapatkan kepastian berita itu, Soekarno dan Muhammad Hatta serta Soebarjo mendatangi Maeda untuk memastikan kebenaran berita tersebut. Namun, pada saat itu Laksamana Maeda tidak langsung menjawab. Dia mengatakan memang berita itu disiarkan oleh sekutu, kata Maeda waktu itu.
Mendengar demikian, itulah yang memicu munculnya gerakan dan desakan agar Indonesia mendeklarasikan kemerdekaannya. Jawaban implisit Laksamana Maeda seolah menjadi isyarat bagi pemimpin pergerakan bahwa sudah saatnya memerdekakan Indonesia.
Keinginan yang kemudian juga difasilitasi Laksamana Maeda dengan mempersilahkan rumahnya dipakai tempat merumuskan naskah Proklamasi Kemerdekaan.
Ini adalah salah satu bukti simpati pribadi Maeda kepada rakyat Indonesia kala itu. Tak lupa Soekarno dan pejuang lainnnya mengucapkan terimakasih kepada Maeda.
Dengan jawaban tulus Maeda menjawab, bahwa hal itu adalah kewajibannya karena dia mencintai Indonesia.
Pada saat itu juga, di rumah Maeda berkumpullah anggota PPKI untuk membuat perumusan naskah proklamasi.
Memasuki tengah malam pada 17 Agustus 1945, maka puluhan tokoh pemuda dan anggota PPKI, telah berkumpul di rumah Laksamana Muda Maeda, yang mana Soekarno, Hatta dan juga Ahmad Soebarjo di ruang makan, berembuk, sedangkan lainnnya berada di ruang tamu.
Seusai merumuskan naskah Proklamasi, disepakati siapa yang menandatangani naskah Proklamasi, yakni Soekarno-Hatta atas nama seluruh bangsa Indonesia
Detik-detik menegangkan itu pun terjadi. Karena di rumah Maeda tidak punya mesin ketik huruf latin, Laksamana Maeda menyuruh stafnya Satsuki Mishima meminjam mesin ketik ke konsulat Jerman milik Angkatan Laut Jerman. Dan, naskah itupun diketik oleh Sayuti Malik.
Baca Juga: Keajaiban sejarah Tiongkok, pasukan patung tanah liat prajurit dan kuda di Museum of Qin
Berselang empat jam kemudian, dengan berjarak sekira dua kilometer dari kediaman Laksamana Maeda, oleh Soekarno memproklamirkan teks proklamasi tersebut yang menandakan bahwa Indonesia telah merdeka.
Dari peristiwa inilah, Laksamana Maeda harus menerima hukuman yaitu dia dan stafnya Mishima ditangkap dan dimasukkan ke penjara oleh sekutu hingga tahun 1947 karena dianggap telah berkhianat dan telah membantu menyediakan rumahnya untuk perumusan teks proklamasi Indonesia.
Dia dipaksa mengaku oleh Belanda untuk mencap Republik Indonesia bikinan Jepang. Sebab, dalam naskah tertulis tanggal 17-8-05. Bahwa angka 05 menurut tahun kalender Jepang setara dengan 1945.