Hanifah: tebak, makanan favorit aku apa? Clue: seblak.
Hanif: aku suka cara kamu motong salad.
Semakin lama mereka mengobrol, semakin dalam topik pembicaraannya dan semakin nyaman mereka berinteraksi satu sama lain.
Hingga akhirnya mereka memutuskan untuk berpacaran.
Dan disitulah perjalanan zina dimulai.
Andai di titik tersebut, Hanif mengajak Hanifah berzina, apakah Hanifah akan mau? Tentu jawabannya adalah belum tentu! Karena mereka masih berada pada lingkaran terluar dari perzinahan.
Logika masih berjalan dan iman pun masih tebal.
Mereka ngedate untuk pertama kalinya, masih canggung. Tapi untuk yang keempat, kelima kalinya bertemu mereka sudah lepas. Mereka saling ketawa-ketiwi.
Awalnya tepuk pundak, bersentuhan kulit pun masih malu hingga akhirnya mereka berpegangan tangan karena menghabiskan banyak waktu bersama.
Masih belum puas, mereka masuk ke perbuatan cipika cipiki.
Setelah semua itu dilakukan, terbukalah semua kesempatan yang didukung oleh waktu dan tempat.
Semakin lama, semakin dekat mereka pada titik pusat perzinahan yang tidak memiliki jalan kembali.
Dan saat itulah bisikan syetan terasa indah, logika hilang dan iman tidak bisa membendung hawa nafsu.
Beginilah cara kerja syaitan, tidak mendorong langsung pada zina yang besar. Namun menarik perlahan-lahan, membungkusnya dalam kisah yang indah, memanipulasi manusia untuk berpikir seakan-akan itu adalah proses yang natural.