Sementara itu berbeda dengan masjid pada umumnya yang memiliki kubah atau menara untuk menandakan bangunan itu sebagai tempat ibadah umat Islam.
Namun hal tersebut tidak dijumpai pada Masjid Lautze yang berada di Sawah Besar, Jakarta Pusat.
Masjid yang berdiri sejak tahun 1991 tersebut, bangunannya lebih mirip tempat ibadah pemeluk Khonghucu yaitu kelenteng, dengan ornamen-ornamen khas Tionghoa.
Beberapa hiasan lampu lampion dipasang di luar masjid dan pintu masuk masjid berupa perpaduan warna merah dan kuning.
Begitu masuk ke dalam masjid berukuran 15x20 meter itu, pengunjung disambut dengan lukisan kaligrafi bertuliskan huruf Arab dengan percampuran seni antara Arab dan China.
Semua kaligrafi Arab-China yang ada hanya menonjolkan hasil sapuan kuas dengan tinta hitam pada selembar kain putih yang tidak detail dan variasinya seperti halnya kaligrafi Arab pada umumnya.
"Sebagian besar (lukisan kaligrafi) dibuat langsung oleh seorang Muslim asli Tionghoa di Shenzhen (China) saat saya berkunjung ke sana," ucap Ali Karim Oei.
Selain kaligrafi, perpaduan warna di masjid ini juga unik.
Jika dapat diartikan dalam budaya Tionghoa, maka warna-warna tersebut mengandung filosofi yang bermakna.
Warna merah di tembok depan dan lampu latar mimbar memiliki filosofi sebagai keberuntungan, kebahagiaan, dan kelimpahan.
Kemudian warna kuning di sisi kanan dan kiri masjid memiliki arti kesetiaan, kesungguhan, dan kesucian, lalu warna hijau di tiang penopang masjid ini diartikan sebagai perdamaian.
Pada lantai dua masjid ini terdapat tempat ibadah untuk wanita dan untuk menampung jamaah saat shalat Jumat.