khazanah

Alasan Masjid Lautze tak gunakan nama Islami, agar orang Tionghoa yang ingin belajar Islam tak merasa canggung

Sabtu, 21 Januari 2023 | 20:26 WIB
Masjid Lautze sesuai dengan nama jalan, di mana masjid ini berada, yaitu Jalan Lautze No. 88 -89 Pasar Baru, Jakarta Pusat. (Foto : ANTARA)

JAKARTA INSIDER - H.M. Ali Karim, Ketua Yayasan Haji Karim Oei menjelaskan asal nama Masjid Lautze.

Rumah ibadah yang diberi nama Masjid Lautze sesuai dengan nama jalan, di mana masjid ini berada, yaitu Jalan Lautze No. 88 -89 Pasar Baru, Jakarta Pusat.

Menurut Ali Karim Oei, jika masjid tersebut diberi nama yang mengandung unsur islami, bisa jadi orang-orang Tionghoa yang ingin belajar ataupun sekadar datang, justru akan canggung.

"Kita ini mau dakwah di sekitar orang Tionghoa, target kita orang Tionghoa, kalau namanya islami, mana ada yang mau datang. Akhirnya saya memutuskan menggunakan nama jalan Lautze saja," katanya.

Baca Juga: Arema Malang kembali telan kekalahan, kali ini takluk dari PSIS Semarang

Lautze sendiri merupakan nana seorang nabi bernama Lao Tze yang menyebarkan agama Taoisme di negeri Tirai Bambu.

Lao Tze mengajarkan bahwa "Tuhan itu adalah satu yang tidak dapat diraba, tidak berbentuk tetapi ada".

Ajaran tersebut identik dengan ajaran tauhid pada Islam, sehingga nama Lautze dianggap cocok untuk mengimplementasikan visi misi yang dijalankan Yayasan Haji Karim Oei sebagai pengelola Masjid Lautze ini.

Ia juga yang menginginkan corak ornamen dan dekorasi yang tak jauh beda dengan kelenteng atau vihara.

Baca Juga: Meski Masjid Lautze kental dengan nuansa Tionghoa, namun pengurus masjid tak pernah rayakan Imlek

Hal ini dibuat agar para mualaf atau etnis Tionghoa yang ingin belajar Islam dan datang ke masjid ini tidak canggung karena merasa lebih dekat dengan kebudayaan mereka.

Ali Karim Oei menceritakan bahwa sebelumnya hanya ingin membangun masjid tanpa mendirikan yayasan.

Dia khawatir nantinya masjid dan yayasan ini dianggap milik keluarga, padahal ia ingin masjid ini dapat dikelola dan bermanfaat bagi masyarakat.

Setelah dibujuk beberapa tokoh organisasi Islam di Indonesia, seperti K.H. Ali Yafie dari Nahdlatul Ulama, Lukman Harun dari Muhammadiyah, dan Yunan Helmi Nasution dari Al Washliyah, Ali bersedia menjalankan yayasan tersebut dengan syarat para aktivis organisasi Islam itu masuk ke dalam struktural yayasan.

Halaman:

Tags

Terkini

9 jenis jin dan tugasnya, yuk simak apa saja

Selasa, 9 Desember 2025 | 18:31 WIB