Aktivitas selanjutnya adalah menulis hingga waktu Ashar tiba, kemudian melaksanakan salat Ashar.
Baca Juga: Destinasi wisata ramah anak di Malang yang wajib dikunjungi
Usai salat Ashar, beliau di majelis bersama orang-orang untuk mengajar sampai datang waktu Maghrib.
Setelah itu beliau mengajar fikih serta pelajaran-pelajaran lain sampai masuk salat Isya’. Baru setelah itu pulang ke rumahnya.
Dengan jadwal seperti itu, Ibnu Jarir selama 40 tahun mampu menulis sebanyak 14 halaman setiap harinya.
Baca Juga: Ada nama jalan Soekarno di kota Rabat, Ibukota Maroko, ternyata ini sejarah asal muasalnya!
Ini merupakan sebuah prestasi yang tidak mungkin diraih seorang manusia pun pada waktu itu kecuali berkat inayah Allah SWT semata.
Ibnu Jarir sudah sibuk menulis sejak usia baligh hingga wafat pada usia 86 tahun. Jika dijumlah, periode menulisnya sekitar 72 tahun, setiap hari 14 lembar, maka karyanya mencapai 300.058 lembar.
MasyaAllah, kedisiplinan menjadi rahasia dalam keproduktifan para ulama menulis.***