Baca Juga: Ilmu parenting, cara mengajarkan anak untuk menjalankan sholat
Pada masa kepemimpinan Sulthanah Safiatuddin perkembangan sastra bisa dikatakan sangat pesat.
Hal ini tidak lain karena sang ratu merupakan sosok yang cinta terhadap bacaan. Dia banyak mengarang sajak dan cerita-cerita pendek.
Wujud nyata yang telah dilakukan oleh Sultanah Safiatuddin untuk mencerdaskan rakyatnya ketika itu adalah mendirikan perpustakaan.
Tak banyak pemimpin yang perhatian dengan hal-hal semacam ini, namun Sultanah Safiatuddin melakukannya dengan sangat baik.
Pada masa pemerintahan Ratu Safiatuddin, perpustakaan negara didirikan dan diperluas.
Baca Juga: Belum ada tersangka dalam tindak pidana penyebab kasus gagal ginjal akut
Selain itu, sang ratu juga memberikan dukungan penuh kepada para sastrawan dan kaum intelektual untuk mengembangkan keilmuannya.
Di masa-masa inilah lahir para cendekiawan macam Hamzah Fanshuri, Nuruddin Ar-Raniry, dan Syekh Abdurrauf Singkel.
Ketiga orang yang disebut terakhir itu merupakan para ulama yang berhasil meletakkan pondasi kuat di bidang ilmu keislaman melalui sejumlah karya-karya monumentalnya.
Hamzah Fansur banyak melahirkan syair dan prosa, di antaranya Syair Burung Unggas, Syair Dagang, Syair Perahu, Syair Si Burung pipit, Syair Si Burung Pungguk, Syair Sidang Fakir. Sedangkan prosa yaitu Asrar al-Arifin dan Sharab al-Asyikin.
Nuruddin Ar-Raniry mengarang Kitab Bustanus Salatin (Taman Raja-raja), dan Kitab Shiratal Mustaqim (jalan yang lurus). Sedangkan Abdurrouf Singkel menulis Mir'at al-Thullab fî Tasyil Mawa'iz al-Badî'rifat al-Ahkâm al-Syar'iyyah li Malik al-Wahhab (karya di bidang fiqh atau hukum Islam, yang ditulis atas permintaan Sulthanah Shafiatuddin) dan Kitab Tarjuman al-Mustafid, merupakan naskah pertama Tafsir Al-Qur'an berbahasa Melayu.
Meski tidak banyak arsip yang mencatat sejarah tentang Sulthanah Shafiatuddin, tapi usahanya dalam memimpin kerajaan besar dalam sejarah Islam di Nusantara patut jadi teladan.
Tercatat selama 58 tahun atau setengah abad lebih semenjak Sulthanah Shafiatuddin, Kerajaan Aceh Darussalam dipimpin oleh para perempuan atau sulthanah.***