Jembatan tersebut dibangun oleh Gubernur Andalusia Asamoah bin Malik al-khaulani di bawah kekuasaan Umar bin Abdul Aziz.
Baca Juga: Rusia luncurkan rudal serang langit Oblast dan Donetsk, Ukraina balas hancurkan Tank Tentara Putin
Konstruksinya menggunakan batu-batu yang sangat kokoh lengkung-lengkung.
Di bawah jembatan, selain berfungsi untuk kekuatan daya dukung dengan menggunakan prinsip teori lengkung juga untuk memecah arus.
Dapat dibayangkan ketika membuat bangunan sekokoh, serumit dan semegah itu ketika alat transportasi untuk mengangkat bahan baku masih sebatas unta dan kuda.
Baca Juga: Ide jualan laris manis?: resep bakwan sayur lengkap dengan sambal kacang ala Devina Hermawan
Ahmad al-hasan dalam bukunya yang berjudul Islamic teknologi and illustrated history mengungkapkan pengerjaan konstruksi selalu beriringan dengan telaah matematika dan science yang memerlukan para cendekiawan yang tidak hanya ahli konstruksi, namun juga menguasai perhitungan matematika dan fisika yang rumit.
Tercatat dalam kitab Al Islam di Manaqib Al Islam yang ditulis Abul Hasan Muhammad bin Yusuf Al amiry para arsitek muslim telah membangun banyak jembatan tak hanya jembatan yang pondasinya tertanam di tanah, namun juga jembatan gantung bersuspensi yang terbuat dari tali dan kayu seperti yang terlihat di Persia hingga Maghribi yakni Maroko, Tunisia, Aljazair, dan kawasan Afrika Utara.
Hasil gemilangan ilmu pengetahuan peradaban Islam yaitu jembatan Cordoba yang masih sangat kokoh membelah Sungai Al Wadi Al Kabir.
Baca Juga: Benjamin Netanyahu kembali berkuasa, Israel tembak empat warga Palestina
Hal inilah yang menjadikan jembatan tersebut sebagai salah satu kebanggaan peradaban Islam.
Jembatan megah yang mampu bertahan ratusan tahun sehingga diakui sebagai pencapaian besar dan sumbangsih peradaban muslim untuk dunia.***