JAKARTA INSIDER - Orang-orang Quraisy sangat serius dalam mengawasi penyebaran Islam. Islam menyebar di tengah-tengah manusia (masyarakat) dengan cepat, secepat api membakar rumput-rumput yang kering.
Islam membakar kekufuran mereka, dan di abu bekas pembakaran itu kemudian ditanamlah benih-benih keimanan. Melihat itu, orang-orang Quraisy berusaha sungguh-sungguh dengan berbagai sarana untuk menghentikan laju penyebaran Islam.
Nabi Muhammad saw pasti telah mengetahui bahwa orang-orang Quraisy menggunakan pamannya, Abu Thalib sebagai mediator untuk meredam suaranya yang lantang dalam menyerukan kebenaran.
Baca Juga: Sirah Nabawiyah edisi Maulid Nabi Muhammad, prediksi Waraqah tentang kenabian Muhammad
Nabi Muhammad saw telah melewati hari-harinya dengan berdakwah, sehingga banyak orang yang mendukung ideologi dari langit yang didakwahkannya. Kemudian mereka yang mendukung beliau pimpin dengan sungguh-sungguh menuju kemulyaan yang dihiasi ilmu dan cara pandang yang cemerlang.
Maka bertambah teganglah barisan kaum Quraisy, sehingga sebagian dari mereka sempat berpikir untuk mendiskreditkan dan bahkan menghabisi Muhammad saw.
Namun, mereka yang masih berpikiran sehat memandang perlunya sekali lagi mendatangi Abu Thalib. Dan untuk yang kedua kalinya ini mereka akan menyampaikan permintaan yang lebih tegas dan keras dibanding permintaan sebelumnya.
Baca Juga: Sirah Nabawiyah edisi Maulid Nabi Muhammad, Kronologi pernikahan Muhammad dengan Khadijah
Sebelumnya mereka meminta dengan harapan, namun kali ini mereka meminta dengan ancaman. Mereka berkata kepada Abu Thalib: "Wahai Abu Thalib, sungguh engkau orang yang kami tuakan, kami muliakan, dan punya kedudukan di sisi kami. Kami telah memintamu agar menghentikan aktivitas keponakanmu, tetap kamu tidak melakukan. Demi Allah, kami tidak akan sabar lagi jika Tuhan kami dicaci maki dan mimpi-mimpi kami dilecehkan. Untuk itu hentikan dia atau kamu akan melihat salah satu dari dua kelompok ini ada yang binasa."
Abu Thalib menemui Rasulullah saw dan berkata: "Wahai keponakanku, sesungguhnya kaummu mendatangiku. Mereka berkata kepadaku begini dan begini, maka selamatkanlah aku dan juga dirimu, dan janganlah kamu membebani aku perkara yang tidak mampu aku pikul."
Rasulullah saw menduga bahwa pamannya akan meninggalkannya dan menyerahkannya, pamannya sudah lemah tidak mampu lagi menolongnya, maka Rasulullah saw. berkata: "Wahai paman, demi Allah, kalaupun mereka menaruh matahari di sebelah kananku dan bulan di sebelah kiriku supaya aku meninggalkan urusan (agama) ini, niscaya sekali-kali aku tidak akan meninggalkannya, sampai Allah memenangkan agamanya atau aku binasa karenanya."
Baca Juga: Sirah Nabawiyah, benarkah Rasulullah berpoligami? Berikut faktanya
Kata-kata itulah yang keluar lari mulut Rasulullah saw. Namun, kata-kata itu merupakan gunung berapi yang akan meletus, jika gunung akan hancur tak ubahnya tumpukan pasir, dan jika manusia akan musnah dalam lembaran hidup. Dia memiliki semangat hidup karena ideologi itu, dan karena ideologi itu pula dia rela mati ulah jiwa Muhammad saw.
Tujuan Muhammad bukanlah harta, kekayaan, dan bukan pala kedudukan, namun tujuannya adalah menyampaikan dakwah dan membangun negara yang akan menyebarkan prinsip-prinsip keadilan bagi manusia berdasarkan dorongan keimanan.