JAKARTAINSIDER – Letnan MT.Haryono adalah salah satu dari Pahlawan Revolusi yang menjadi korban kekejaman G30S/PKI.
Letnan MT.Haryono mempunyai nama asli yakni Letnan Jenderal TNI Anumerta Mas Tirtodarmo Haryono, lahir di Surabaya, 20 Januari 1924.
Merupakan salah satu Pahlawan Revolusi yang dibunuh secara membabi buta pada peristiwa Gerakan 30 September (G30S) 1965.
Jenazahnya dimasukkan ke sumur tua di daerah Lubang Buaya, Jakarta Timur.
Letnan ini mempunyai kemampuan berbahasa asing yang baik.
MT Haryono mempunyai latar belakang pendidikan yang cukup tinggi. Dia memperoleh pendidikan di ELS (setingkat Sekolah Dasar) kemudian diteruskan ke HBS (setingkat Sekolah Menengah Umum).
Setamat dari HBS, ia sempat masuk Ika Dai Gakko (Sekolah Kedokteran masa pendudukan Jepang) di Jakarta, namun tidak sampai tamat.
Ternyata tak hanya fasih berbahasa Jerman, MT Haryono dikenal cakap karena fasih berbicara dalam bahasa Belanda, dan Inggris.
Kemampuannya itu membuat dia menjadi perwira penyambung lidah yang sangat dibutuhkan dalam berbagai perundingan.
MT Haryono yang juga memiliki karier cemerlang ini pernah menjadi Sekretaris Delegasi Militer Indonesia pada Konferensi Meja Bundar, Atase Militer RI untuk Negeri Belanda, dan terakhir sebagai Deputy III Menteri/Panglima Angkatan Darat
Kemampuan berbicara tiga bahasa membuat MT Haryono sangat dibutuhkan dalam berbagai perundingan antara Pemerintah RI dan Pemerintah Belanda maupun Inggris.
Saat dia menjabat Deputy III Menteri/Panglima Angkatan Darat (Men/Pangad), pengaruh PKI saat itu sangat luas bahkan partai tersebut merasa dekat dengan Presiden Sukarno.
Kemahiran berbahasa asing tersebut Haryono diberi kepercayaan memangku jabatan sebagai Kepala Kantor Penghubung, sejak 1 September 1945.
Jabatan sebagai Kepala Kantor Penghubung tidak lama berlangsung lama. Sebab di Desember 1945 Haryono dipindahkan ke Tahun 1943, Pemerintah Pendudukan Jepang membuka kesempatan bagi pemuda-pemuda Indonesia untuk dilatih menjadi tentara Peta (Pembela Tanah Air). Sehingga Haryono berminat beralih ke bidang militer.
Sejak saat itu Haryono mulai berkecimpung di militer. Di masa itu pemerintah mengumumkan pembentukan Badan Keamanan Rakyat (BKR). BKR kemudian berganti menjadi Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Kemudian Tentara Nasional Indonesia (TNI).