Hal ini sesuai dengan, surah An Naba ayat 37-38, yang artinya, Tuhan yang memelihara langit dan bumi dan apa yang ada diantara keduanya. Yang Maha pemurah. Mereka tidak dapat berbicara dengan Dia pada hari ketika Ruh dan para malaikat berdiri ber shap- shap, mereka tidak dapat betkata kata kecuali siapa yang telah diberi ijin kepadanya oleh Tuhan yang maha pemurah. Dan dia mengucapkan kata yang benar.
Baca Juga: Modus baru, BC Bandara Soekarno-Hatta tangkap ekstasi dalam kemasan makanan kucing
Keempat, lupa akan keluarga.
Atmosfir yang menakutkan di Padang Mahsyar membuat manusia melupakan garis keturunan, nasab, dan keluarganya. Setiap individu sibuk mengurus dirinya sendiri sendiri.
Allah Taala berfirman dalam surah Lukman ayat 33, yang artinya, wahai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu, dan takutlah akan hari yang (ketika itu) seorang bapak tidak dapat nembeka abaknya dan seorang anak tidak dapat pula nembela bapaknya sedikitpun
Kelima, berlutut.
Posisi manusia di Padang Mahsyar adalah berlutut sebagainana digambarkan dalam sursh Al Jasiyah ayat 28 yang artinya, ("pada hari itu) engkau akan melihat setiap umat berlutut.
Sementara itu Rasulullah SAW menjelaskan bshwa orang kafir yang dikumpulkan di Padang Mahsyar adalah dalam posisi tersungkur.
Menurut penafsiran DR KH Rachmad Morado Sugiarto dalam bukunya yang berjudul "Fikih Akhir Zaman" Hal itu berarti wajah mereka di atas tanah dan mereka berjalan dengan menyeretnya menuju Padang Mahsyar.
Anas Bin Malik menceritakan, adanya seorang laki-laki yang berkata, Wahai Rasulullah, bagaimanakah orang kafir dikumpulkan dalam posisi tersungkur?
Rasulullah bersabda, "Bukankah yang mampu membuat berjalan dengan kaki di dunia, mampu membuatnya berjalan dengan mukanya di hati kiamat".
(Hadist riwayat Muttafakun Alaih).
Baca Juga: Berbagi rumah di Jakarta, solusi kontroversial untuk kekurangan perumahan di Ibu Kota
Keenam, tenggelam oleh keringat matahari.
Diceritakan, matahari yang ditempatkan di dekat kepala manusia dengan jarak satu mil di Padang Mahsyar.